Khamis, 3 Ogos 2017

Benarkah tiada siapa yang dapat mengenali Aku,walaupun wali, nabi atau rasulnya yang terdekat sekalipun?


Tidak siapapun yang dapat mengenal Allah, walaupun wali, nabi atau rasulnya yang terdekat sekalipun, benarkah begitu?, sehingga ada yang berkata hanya Allah mengenal Allah, jikalau hanya Allah yang mengenal Allah, jadi wali, nabi dan rasul itu siapa pula?
============================

Ada yang berkata, tidak siapapun dapat menyembah Allah dengan sempurna, sebab yang sempurna itu hanya Allah menyembah Allah, sehingga dikatakan bahwa iman itu adalah rasa, jadi kenalilah dirimu dengan rata, supaya dapat merasa dan melihat Allah dengan NYATA, adakah ini dapat terjawab oleh semua pencintanya?
============================

karena awal beragama adalah mengenal Allah, dan mengikut kaum sufi mengenal diri itu adalah mengenal Allah, diri mana yang harus dikenal jasad atau kah ruh? Sudah pasti jawabanNya ruh, dan ruh ini memanggil dirinya Aku, Aku inilah jawaban yang semestinya, karena Aku memberikan Hikmat kebijaksanaan kepada siapa saja yang Aku kehendaki
============================

Dan siapa saja yang Aku berikan hikmat itu maka sesungguhnya ia telah Aku berikan kebaikan yang banyak. Dan tiadalah yang dapat mengambil pelajaran ini melainkan orang-orang yang menggunakan akal fikirannya
============================

Karena tidak Aku ciptakan alam ini melainkan untuk Mu, telah Aku kurniakan akal agar engkau dapat memikirkan Aku, telah Aku kurniakan hati agar dapat engkau merasakan kehadiran Aku, telah Aku kurniakan pancaindera yang lima agar dapat engkau menyaksikan Aku
============================

Telah Aku kurniakan nafas agar engkau dapat menghirup bau ketenangan, telah Aku kurniakan mata agar dapat engkau melihat rupa Aku, telah Aku kurniakan telinga agar engkau dapat mendengarkan alunan suara Aku
============================

Apa lagi mahu mu wahai insan? Kenapa masih ada sangsi dalam hati mu? Kenapa masih engkau menafikan Aku? Telah Aku ciptakan sekaliannya untuk mu, Telah Aku sempurnakan kejadianmu
Masihkah kabur pandangan mata hati mu?
============================

Apa yang engkau nantikan tidak pernah pergi darimu, Apa yang engkau cari tidak pernah hilang dari dirimu, Pilihlah Aku sebagai Zat yang bertahta dihatimu, Demi NamaKu yang Agung, tiadalah zat yang wujud melainkan Zat Aku
============================

Demi matahari dan bulan, tiadalah yang lebih bersinar dari sinaran Diri Ku, Keluarlah engkau dari belenggu yang engkau tautkan pada dirimu sendiri
Kembalilah kepada Ku, Karena bukan engkau yang menanti, tapi Akulah yang menantimu
============================

Aku maha meliputi, tiada ruang dan waktu yang tak Aku liputi, didalam dirimu, tiada antara, antara engkau dan Aku, tak payah susah-susah, tak payah jauh-jauh, engkau mencari Aku, Aku sentiasa ada disini, dimana saja engkau menghadap maka yang menghadap itulah Aku

Mengenal Diri


Dan inilah satu risalah yg telah dibukakan bagiku pintu yg memberi faham didalam Sir akalku daripada Allah Azza Wajalla....

Dengan NamaKU yg bersifat Ar-Rahman dan yg bersifat Ar-Rahim, segala puji itu bagiKU Tuhan Pencipta sekalian alam. Bahawa sesungguhnya AKU ALLAH, tiada Tuhan yg disembah dengan sebenar-benarnya melainkan AKU, dan bahawa sesungguhnya Muhammad itu adalah hambaKU dan RasulKU yg AKU utuskan kepada sekalian makhlukKU

AKU-lah ALLAH,Dzat Yg Wajibul-Wujud Tuhan Pencipta sekalian alam. AKU-lah Dzat Yg Maha Tunggal, SediaKU tiada awal permulaan, KekalKU tiada akhir kesudahan. AKU Maha Hidup dan AKU Berdiri Sendiri, tiada sekutuKU sesuatu. AKU-lah Dzat Yg Maha Esa, Maha Kuasa dan Maha IradatKU diatas segala sesuatu

AKU-lah As-Shomad tempat tumpuan, hajat sekalian makhlukKU. AKU tiada beranak dan tiada yg memperanakkan bagiKU. AKU Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu yg ghaib dan yg nyata, dan segala ilmu itu adalah ilmuKU.

AKU Maha Mendengar lagi Maha Melihat akan tiap-tiap sesuatu. AKU-lah Dzat Yg Berkata-kata, dan Sifat KalamKU itu kekal adanya,
bahawasanya AKU telah pun Berkata-kata dan sedang Berkata-kata dan lagi akan Berkata-kata dengan para hamba pilihanKU selama-lamanya

AKU bukanlah roh dan roh itu bukanlah DzatKU, sesungguhnya roh itu adalah ciptaanKU dan cermin tempat nyata WujudKU

Maha Suci AKU daripada menyamai sesuatu, Maha Suci AKU Tuhan Yg Maha Besar, Maha Suci AKU Tuhan Yg Maha Tinggi daripada sesuatu

Maha Suci AKU daripada pihak dan arah, Maha Suci AKU daripada berbentuk dan berupa yg kasar atau yg halus

Maha Suci AKU daripada dikandung dalam sesuatu atau diluar sesuatu, AKU tiada bertempat didalam ruang, dan AKU tiada suara yg berbunyi dan berhuruf, dan tiada AKU cahaya dan tiada AKU kilauan, warna dan getaran

Maha Suci AKU daripada disifatkan akan DzatKU, Maha Suci AKU daripada dibatasiKU oleh sesuatu

Maha Suci AKU daripada dapat dilihat oleh segala mata dan Maha Suci AKU daripada dapat dipandang oleh segala akal.Maha suci AKU dan Maha Agung AKU daripada dapat dicapai oleh sesuatu, Maha Suci AKU, Maha Rahsia AKU yg tersembunyi SendiriKU

Maha Suci AKU dengan QahharKU yg tiada Kuasa seseorang pun menolakkan segala tadbirKU dan tiada Kuasa keluar daripada segala takdirKU, dan AKU berbuat apa yg AKU Kehendaki, dan tiada sesuatu pun yg dapat menahanKU.

Maha Suci AKU daripada dipersoalkan, apakah?dimanakah?mengapakah?bilakah?bagaimanakah? Dan sesungguhnya AKU tidak dapat ditanya oleh sesuatu.

Al-LatifKU ialah KelembutanKU, dan KeelokkanKU, dan KehalusanKU, dan KeundahanKU, dan KeluhuranKU, dan KetersembunyianKU didalam tiap-tiap sesuatu.

Dan tiada yg menjadikan manfaat dan mudarat, kurnia dan tegah, gerak dan diam, daya dan upaya melainkan AKU-lah yg Zahir, dan tiada yg dapat membinasakan sesuatu melainkan AKU, dan tiada yg memberi rezeki kepada tiap-tiap makhlukKU melainkan AKU.

Ka'abah ialah rumahKU dibumi, dan Arasy ialah rumahKU dilangit dan adapun rumahKU yg hakiki itu ialah Sir hambaKU yg telah AKU sucikan ia daripada selainKU.

Maha Suci AKU daripada berhubung dan bercerai dengan sesuatu, Maha Suci AKU daripada segala sifat kekurangan, dan AKU-lah Dzat Yg Maha Besar sifat KamalatKU yg tidak dapat dikira akan bilangannya.

AKU adalah perbendaharaan yg tersembunyi, dan AKU suka bahawa AKU dikenali, maka AKU jadikan makhluk untuk mengenaliKU.

Dan telah adalah AKU dan tiada sesuatu sertaKU, dan segala sesuatu binasa melainkan AKU, dan AKU sekarang seperti mana AKU dahulu jua, Maha Esa dengan KeEsaanKU.

Tiada AKU berkehendak kepada sesuatu dan berkehendak tiap-tiap sesuatu kepadaKU

Dan AKU-lah yg menentukan Qadar bagi tiap-tiap sesuatu dan telah selesailah segala IradatKU, dan tiada perubahan bagi takdirKU, tiada pengubah terhadap hukumanKU, dan tiada hukum(undang-undang) melainkan hukum-hukumKU, AKU-lah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

Sesungguhnya tiada Tuhan melainkan AKU Yg Maha Esa, tiada sekutu bagiKU sesuatu, bagiKU semua kerajaan dan bagiKU segala Kepujian, dan AKU diatas segala sesuatu Amat Kuasa

Maka AKU-lah Dzat Yg disembah disetiap zaman dan disetiap tempat

AKU-lah Dzat Yg Awal tiada permulaan adaKU dan AKU-lah Yg Akhir tiada kesudahan WujudKU, dan AKU-lah Yg Zahir dan telah nyata KudratKU dan IradatKU dan AKU-lah Yg Batin, DzatKU Yg Mahasuci yg terselimut ghaib didalam keghaiban yg Mutlak selama-lamanya

Dan tiada yg Wujud dengan sebenar-benarnya didalam sekalian alam ini melainkan WujudKU, AKU-lah Dzat yg Maha Esa, Maha Tunggal, Mahasuci dan Maha Tinggi AKU, dan tiada sesuatu yg seumpama AKU ( LAISA KAMISTLIHI SYAIUN ), AKU ALLAH, Al-Khaliq. Maha Benarlah AKU, Tuhan Yg Maha Agung....

- BUTA SELAIN DZAT ALLAH-

JALAN FANAFILLAH


Pertama : TAUHIDUL AF'AL
Kedua : TAUHIDUL SIFAT
Ketiga : TAUHIDUL ASMA
Keempat : TAUHIDUL ZAT
Dan suatu riwayat mengatakan sebagai berikut :
FANA'IL AF'AL FANA'IL SIFAT dan FANA'IL ZAT. . .

Adapun Tauhidul AF'AL itu seperti engkau kata ;
LAFA'LUN ILLA FI’LULLAH,
Artinya :
"tiada mempunyai perbuatan melainkan semata perbuatan Allah Ta'ala jua didalamnya (Hakikatnya)".

Adapun Tauhidul SIFAT itu yakni seperti engkau kata, dan engkau i'tikatkan didalam hatimu :
IA KUDRAT, IRADAT, ILMU, HAYAT, SAMA, BASHAR, KALAM,
Artinya ;
"Tiada mempunyai Kuasa, Berkehendak, Tahu, Hidup, Mendengar, Melihat dan Berkata-Kata.
Melainkan kesemuanya itu daripada Allah Ta'ala jua pada hakikatnya".

Adapun Tauhidul DZAT itu seperti engkau kata engkau I'tikatkan didalam hatimu ;
LA MAUJUDA ILLALLAH,
Artinya :
"Tiada yang Ujud didalam Alam ini melainkan Allah Ta'ala semata-mata pada Hakikatnya",
kerana sekalian Alam (Ujud alam) ini tiada Maujud sendirinya, tetapi berdiri Ujud kepada Ujud Allah aza wazalla.

Keempat dalil Shuhudul Kasyrah, seperti telah diuraikan terdahulu, iaitu Pandang Yang Banyak Didalam Satu dan Pandang Yang Satu Didalam Yang Banyak.
Maka pandang itu olehmu dengan bahwasannya Ujud sekalian Alam ini berdiri kepada Ujud Allah Ta'ala, Tiada Maujud sendirinya dan Pandang olehmu bahwasannya Allah Ta'ala itu Maujud didalam sesuatu yang Maujud maka disertakan Pandangmu itu dengan Pandang.
"Pandang Rahsia Didalam Hati"
Bukan pandang yang dibangsakan dengan perkataan dan lafad itu tiada memberi faedah.
Artinya pandang olehmu bahwasannya Allah Ta'ala itu Maujud ia didalam tiap-tiap sesuatu Ujud, Yaitu pandang HAWIYAHNYA QIYAUMAHNYA dan KUDRATNYA serta kebesarannya dan tiada diambil tempat dan Allah Ta'ala itu tiada menjadi rupa sesuatu,
Kerana Allah Ta'ala
LAISAKAMISLIHI SYAI’UN WAHUWASSAMI’UL BASHIR
Artinya ; "Tiada menyamai Allah Ta'ala itu sesuatu juapun dan ia amat mendengar lagi amat melihat akan segala pekerjaan baik yang zahir mahupun yang bathin".
Dan lagi ketahui olehmu bahwasanya sesungguhnya keadaan kita itu tetap selama-lamanya didalam ILMU ALLAH TA'ALA jua, demikianlah sebenar-benarnya I'tikad kita, maka itulah I'tikad sekalian para Nabi-Nabi Allah, sekalian wali Allah dan I'tikad sekalian yang Sholih-Sholih maka janganlah kita ubah daripadaI'tikad ini, supaya sampai kepada jalan
FANAFILLAH dan BAQABILLAH,
Artinya ; GHAIP KITA DIDALAM ALLAH TA'ALA dan KEKAL ADANYA DENGAN ALLAH TA'ALA.
- - - - - - -
Adapun Artinya GHAIP itu ialah HAPUS, hapus itu tiada lagi kelihatan ZAT kita, kecuali ZAT Allah Ta'ala semata.
Begitulah hendaknya I'tikad dan pandang kita, umpamanya seperti ombak ia bernama ombak atau laut sebab ia bernama laut, tetapi pada hakikatnya adalah daripada AIR jua. Maka itu namanya tiga hakikat tetapi berasal daripada satu jua. Umpamanya seperti besi didalam Api, maka hilanglah besi itu oleh api, tiada kelihatan lagi ujud besinya, hanya keadaan api itulah yang kelihatan semata, zatnya, sifatnya dan Af'alnya. Maka apabila ditetapkan keadaan itu dan dikeraskan didalam keadaan kita, nescaya hilanglah keadaan kita itu, maka tiada lagi dan sampailah kita kepada jalan fanafillah dan baqabillah, maka apabila kita tidur terlihatlah oleh kita dialahnya pada bertemu.

TUDIBBUL BADANI HAJJA ALA QALBI,
"hancurlah badan jadilah hati".
TUDIBUL QALBI SHARARROHI,
"hancurkan hati jadikan roh".
TUDIBURROHI SHARANNURU,
"hancurkan roh jadikan Cahaya",
Ialah AKU ALLAH (dalam Diam). Aku yang sebenarnya Rahsia MARKUM MANUSIA didalam hatimu itu.
Adapun hati manusia itu umpama cermin, maka apabila ditilik didalamnya, maka kelihatanlah itu Tuhan-nya, daripada Rahsia-nya, kerana rupa kita yang bathin itulah yang diakui Allah Rupa Daripada Rahsia-nya,
kerana dalil menyatakan yang Artinya ;
"Insan itu Rahsiaku, Rahsiaku itu Sifatnya, sifatnya itu Tiada lain daripada Ujud AKU Yang wajib Ujud Adanya".
ALQALBUHAYATI SYIRRI ANA ILLA ANA,
Artinya ; "Didalam Akal itu Hati, didalam Hati itu Roh, didalam Roh itu Sirr, didalam Sirr itu AKU".
AKU RAHSIA SEGALA MANUSIA AKU RAHSIA SEGALA MANUSIA DIDALAM HATI.
Ketahui olehmu hai Shaleh. Inilah orang yang sebenar-benarnya mengenal Allah Ta'ala seperti ;
MAN ARAFALLAHU FAHUWA ALLAH,
Yakni barang siapa mengenal Allah iaitu bernama Allah Muhammad.
Muhammad Allah Hakikatnya (Tunggal)
BUTA SELAIN DZAT ALLAH

Selasa, 1 Ogos 2017

SELAWAT NABI, RUKUN DAN SYARAT DOA TERKABUL

Imam Al-Qasthalani dalam kitab Masalik Al-Hanfa mengatakan, “Sebagian ulama berkata: ‘Jika harapan-harapanmu sukar terpenuhi, maka perbanyaklah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.”

Al-‘Arif billah Sayyid Muhammad bin Umar Al-Qashri mengatakan, “Membaca selawat atas Nabi Muhammad SAW adalah sebuah keharusan bagi para salik di awal perjalanan spiritualnya, dan terus-menerus membaca selawat baik siang maupun malam. Selawat dapat menjadi penolongnya selama menempuh perjalanan spiritual dan meraih kedekatan kepada Allah SWT dibandingkan dengan macam dzikir yang lain.Selawat juga merupakan kunci untuk membuka pintu hidayah menuju Allah SWT. Sebab Nabi Muhammad SAW adalah perantara (washilah) antara kita dengan Allah; penunjuk jalan bagi kita menuju kepada-Nya; orang yang memperkenalkan kita kepada-Nya.

Maka, bergantung kepada perantara adalah lebih utama daripada langsung kepada dzat yang dituju. Karena, perantara adalah faktor utama bagi kita untuk bisa berhubungan dengan Tuhan yang Mahaagung dan Mahakuasa; kunci utama untuk masuk ke tempat-tempat yang berada di dekat dengan-Nya. Nabi Muhammad SAW adalah perantara (washilah) antara makhluk dan Tuhan.”

Menurut Imam Al-Qasthalani, “Ketahuilah, tak mungkin mampu mencontoh perbuatan dan akhlak Nabi kecuali dengan usaha keras, tidak mungkin mau berusaha dengan keras kecuali sangat cinta kepada Nabi, dan tidak mungkin cinta mati kepada Nabi kecuali dengan cara memperbanyak bacaan selawat. Sebab, barangsiapa yang suka pada sesuatu, maka dia akan sering menyebut-nyebutnya.

Karena itu, bagi seorang salik, ia mesti memulai jalan spiritualnya dengan memperbanyak bacaan selawat atas Nabi Muhammad SAW. Mengingat bacaan selawat menyimpan keajaiban-keajaiban luar biasa dalam rangka pembersihan jiwa dan penerangan batin, di samping masih banyak lagi rahasia-rahasia dan faedah-faedah yang tidak mungkin dihitung oleh angka dan bilangan.

Seorang salik, perlu memiliki hati yang ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah ketika membaca selawat atas Nabi sehingga dia mampu memetik buah selawat dan barokahnya yang bertebaran. Selawat di sepanjang jalan mencari Tuhan bagaikan lampu penerang yang dapat menjadi hidayah yang diperlukan. Barangsiapa yang menghiasi kalbunya dengan lampu shalawat, maka dia akan mampu melihat segala hakikay tauhid berkat cahaya terang selawat tersebut.”

Rasulullah SAW bersabda, “Semua doa tertolak, kecuali dia membaca selawat untuk Muhammad dan keluarganya,” Hadis ini diriwayakan oleh Ath-Thabrani dalam kitab Al-Awsath, dan dari Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, ia berkata: “Setiap doa pasti terhalangi oleh sebuah tabir antara pemohon doa dan Allah. Kecuali orang itu membaca selawat, maka tabir tersebut akan terbakar, dan doa itu akan menembusnya. Jika orang itu tidak membaca selawat, maka doanya akan terpental.”

Dalam kitab Asy-Syifa dari Ibnu Mas’ud r.a., ia berkata: “Jika di antara kalian ada yang mengharapkan sesuatu dari Allah, maka hendaklah memulai doanya dengan puja dan puji kepada-Nya, disusul dengan membaca selawat atas nabi-Nya, baru kemudian menyampaikan hajatnya (harapan). Hal yang demikian ini lebih berpeluang besar untuk terkabulkan.”

Al-Qadhi Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Husaini r.a. berkata, “Ibnu ‘Atha berkata, ‘Doa memiliki rukun-rukun tertentu, sayap-sayap, sebab-sebab, dan waktu-waktu khusus. Jika memenuhi rukun-rukunnya maka doa itu akan menjadi kuat. Jika memiliki sayap-sayap maka ia akan terbang ke langit. Jika tepat waktunya maka ia akan berjalan terus. Dan jika memenuhi sebab-sebab maka doa itu akan terkabulkan.

Rukun-rukun doa adalah hati yang khusyuk, konsentrasi, lembut, pasrah diri, bergantung sepenuhnya kepada Allah, dan melepaskan diri dari ketergantungan kepada faktor apa pun (selain Allah). Sayap-sayap doa adalah ketulusan dan kejujuran. Waktu berdoa adalah di malam hari. Sebab-sebabnya adalah membaca selawat atas Nabi Muhammad SAW.”

--As-Safinah Al-Qadiriyah Li Asy-Syaikh ‘Abd Qadir Al-Jailani Al-Hasani

Khamis, 27 Julai 2017

RAHASIA LISAN DAN HATI PARA WALI


Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Bersungguh-sungguhlah engkau dalam meraih derajat makrifatullah, karena engkau akan menyelam bersama-Nya, kokoh dengan keteguhan diri menuju kepada Allah, serta dengan ilmu-Nya engkau menuju kepada-Nya.

Perkataanmu adalah cermin hatimu. Lisanmu adalah penerjemah hatimu. Jika hati seseorang bercampur-baur banyak perkara, maka dia kadang berkata benar dan kadang berkata salah. Dia tidak dapat mengubah apa yang tersembunyi dalam hati. Jika hati seseorang telah terbebas dari syirik, maka lisannya akan lurus dan benar. Jika dia bersekutu dan mengikuti sifat makhluk, maka dia dapat berubah, terpeleset dan berdusta.

Karena itu, di antara para pembicara, ada orang-orang yang berbicara dari hatinya, ada pula yang berbicara dari rahasianya, dan bahkan ada yang berbicara dari hawa nafsu, setan dan kebiasaan buruknya.

Jika engkau mencintai atau membenci seseorang, janganlah cinta dan bencimu berlandaskan hawa nafsu dari tabiat burukmu, tapi ukurlah dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Jika apa yang engkau cintai sesuai, maka cintailah terus menerus. Demikian pula jika kau membenci pada seseorang. Jika kebencianmu tidak mendatangkan manfaat, maka dekatilah hati orang-orang shaleh dan bertanyalah kepada mereka. Karena hatinya adalah kebenaran. Jika hatinya benar, maka dia akan benar di sisi Allah. Jika hati beramal dengan Al-Qur’an dan Sunnah, maka ia akan menjadi dekat kepada-Nya, serta akan mengetahui hak dan kewajibannya sendiri. Dia tahu apa yang harus ditunaikan untuk Allah dan apa yang harus dilakukan kepada sesuatu selain-Nya.

Jika seorang Mukmin saja mampu memiliki cahaya yang menerangi penglihatannya, apalagi orang-orang yang benar (Shiddiq) dan dekat kepada Allah. Orang Mukmin memiliki cahaya yang digunakan untuk memandang sesuatu, karena Nabi telah memperingatkan tentang ketajaman penglihatannya. Rasulullah SAW bersabda, “Takutlah kepada firasat orang Mukmin, karena dia melihat dengan cahaya Allah.”

Orang yang ‘arif dan dekat kepada Allah, juga diberi cahaya sehingga dapat melihat kedekatan antara dirinya dengan Allah. Dia mampu melihat ruh para malaikat, nabi, hati dan ruh orang-orang shiddiq , serta melihat keadaan dan kedudukan mereka. Selamanya dia bergembira bersama Allah. Dia berpisah dengan makhluk. Di antara mereka ada yang lisan dan hatinya mengetahui. Ada pula yang hatinya mengetahui dan lisan menjadi juru bicaranya. Sedangkan orang munafik, lisannya mengetahui, namun hatinya gagap. Semua ilmunya hanya di mulut saja, sedangkan hatinya buta.”

–Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Al-Fath Ar-Rabbani wa al-Faidh ar-Rahmani

MAHADAYA CINTA DARI SYEKH ABDUL QADIR

Syekh Abdul Qador Al-Jailani mengatakan:
“Betapa banyak Mukmin yang mengatakan, ‘Si Fulan didekatkan, aku dijauhkan. Si Fulan diberi, sedangkan aku tidak. Si Fulan diberi pujian, sedangkan aku dicela. Si Fulan dibenarkan, sedangkan aku didustakan.”

Tidakkah engkau mengetahui sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu. Sesungguhnya Dzat yang Satu itu mutlak bersifat Tunggal dan Esa dalam satu mahabbah-Nya, serta mencintai keesaan dalam Mencintai (mahabbah).

Apabila engkau diberi kedekatan melalui jalan orang lain, akan berkuranglah kecintaanmu kepada-Nya, dan engkau akan terpecah hatinya. Kadang-kadang dalam dirimu terdapat kecenderungan terhadap seseorang yang dalam genggamannya terdapat hubungan dan nikmat. Maka, akan semakin berkuranglah rasa cintamu kepada Allah Subhanahu wa Taala.

Dan, Allah adalah Dzat Yang Maha Pencemburu. Dia tak mau diduakan (disekutui). Maka, Allah akan mencegah dan menghalangi setiap orang selainmu untuk mempunyai hubungan denganmu, mencegah lisanmu, menghalangi kakinya untuk berjalan menuju kepadamu supaya engkau tidak sibuk dengannya.
Tidakkah engkau mendengar sabda Rasulullah SAW, “Hati akan ditarik pada kecintaan orang yang berbuat baik kepadanya.” (HR Abu Naim)

Allah SWT juga pernah berfirman, “Dia akan mencegah setiap makhluk untuk berbuat baik kepadamu dalam semua sisi dan sebab, sampai akhirnya engkau hanya mencintai dan mengesakan-Nya. Dan, engkau menjadi milik-Nya dari semua arah, baik lahirmu maupun batinmu, dan dalam gerakmu atau dalam diammu.

Maka, janganlah melihat kebaikan selain dalam Dzat-Nya, dan melihat keburukan pada selain-Nya. Engkau harus fana dari semua makhluk, semua jiwa, maupun hawa nafsumu sendiri. Begitu juga dari semua keinginan, cita-cita dan semuanya selain Dzat Yang Maha Menciptakan dan menjadi Tujuan Penyembahan kita.

Lalu, Dia akan membuka dan memberikan semua tangan kepadamu, menyerahkan pemberian kepadamu dan memasrahkan semuanya kepadamu.Dia akan menganugerahkan lisan-lisan yang selalu memujimu. Dia akan memberikan karunia kepadamu selamanya. Baik di dunia maupun di akhirat. Maka, janganlah berprilaku buruk!”

--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Futuhul-Ghaib.

WASIAT SYEKH IBNU ATHA'ILLAH TENTANG UMUR & DZIKIR

"Jika engkau telah berusia empat puluh tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal shaleh siang maupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah 'Azza wa Jalla semakin dekat. Ibadah yang kau kerjakan saat ini tidak mampu menyamai ibadah seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Bukankah selama ini kau sia-siakan masa muda dan kekuatanmu. Andaikata saat ini kau ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi.

Maka, beramallah sesuai kekuatanmu. Perbaikilah masa lalumu dengan banyak berdzikir, sebab tidak ada amal yang lebih mudah dari dzikir. Dzikir dapat kamu lakukan ketika berdiri, duduk, berbaring maupun sakit. Dzikir adalah ibadah yang paling mudah.
Rasulullah saw bersabda :
وليكن لسانك رطبا بذكر اللّه
Dan hendaklah lisanmu basah dengan berdzikir kepada Allah swt.
Bacalah secara berkesinambungan doa' dan dzikir papa pun yang mudah bagimu. Pada hakikatnya engkau dapat berdzikir kepada Allah swt adalah karena kebaikannya. Ia akan mengaruniamu…..

"Ketahuilah, sebuah umur yang awalnya disia-siakan, seyogyanya sisanya dimanfaatkan. Jika seorang ibu memiliki sepuluh anak dan sembilan diantaranya meninggal dunia. Tentu dia akan lebih mencintai satu-satunya anak yang masih hidup itu. Engkau telah menyia-nyiakan sebagian besar umurmu, oleh karena itu jagalah sisa umurmu yang sangat sedikit itu.

Demi Allah, sesungguhnya umurmu bukanlah umur yang dihitung sejak engkau lahir, tetapi umurmu adalah umur yang dihitung sejak hari pertama engkau mengenal Allah swt.

"Seseorang yang telah mendekati ajalnya ( berusia lanjut ) dan ingin memperbaiki segala kekurangannya di masa lalu, hendaknya dia banyak membaca dzikir yang ringkas tetapi berpahala besar. Dzikir semacam itu akan membuat sisa umur yang pendek menjadi panjang, seperti dzikir yang berbunyi :
سبحان اللّه العظيم وبحمده عدد خلقه ورضانفسه وزنة عرشه ومداد كلماته
Maha suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagi-Nya, ( kalimat ini kuucapkan ) sebanyak jumlah ciptaan-Nya, sesuai dengan yang ia sukai, seberat timbangan Arsy-Nya dan setara dengan jumlah kata-kata-Nya.

Jika sebelumnya kau sedikit melakukan shalat dan puasa sunah, maka perbaikilah kekuranganmu dengan banyak bershalawat kepada Rasulullah saw. Andaikata sepanjang hidupmu engkau melakukan segala jenis ketaatan dan kemudian Allah swt bershalawat kepadamu sekali saja, maka satu shalawat Allah ini akan mengalahkan semua amalmu itu.

Sebab, engkau bershalawat kepada Rasulullah sesuai dengan kekuatanmu, sedangkan Allah swt bershalawat kepadamu sesuai dengan kebesaran-Nya. Ini jika Allah swt bershalawat kepadamu sekali, lalu bagaimana jika Allah swt membalas setiap shalawatmu dengan sepuluh shalawat sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadits Shahih, "Betapa indah hidup ini jika kau isi dengan ketaatan kepada Allah swt, dengan berdzikir kepada-Nya dan bershalawat kepada Rasulullah saw."

Semoga bermanfaat!
Selamat berdzikir.

HAKIKAT SOLAT BERDASARKAN ISRA' DAN MI'RAJ



Dalam Isra dan Mi’raj Nabi صلى الله عليه وآله وسلم telah diperjalankan dari Mekah ke Baitul Muqaddis hingga ke Sidratul Muntaha. Dalam solat, kita juga melakukan isra’ dan mi’raj 5 kali sehari semalam. Apakah isyarat peristiwa ini dengan solat yang kita lakukan?

Mekah ketika itu yang dipenuhi patung-patung berhala ditafsirkan ulama sufi sebagai jasmani, tempat yang penuh zulmah. Dari Mekah berpindah ke Baitul Muqaddis yang menjadi tempat Nabi صلى الله عليه وآله وسلم mengimamkan solat yang para Nabi dan Rasul menjadi makmumnya, yakni berpindah dari alam jasmani ke alam rohani. Kemudian berpindah ke Sidratul Muntaha menghadap Allah dengan makna rohani itu bermuraqabah dan bermusyahadah dengan Allah.

Maka dalam solat kita, mesti isra’kan iaitu isra’kan jasmani menjadi rohani dan kita mesti mi’rajkan rohani ke Sidratul Muntaha dalam bermusyahadah dengan Allah. Kalau tiada lakukan hal tersebut maka ia dikatakan solat syariat yang tiada hakikat, maka solat demikian tiada nilai di sisi Allah. Tanda ditolak Allah ialah solatnya itu tak ubah sifat batin dan akhlaknya, walaupun ia dilakukan dengan rajin dan penuh tekun. Solat tanpa hakikat rohani itu tiada mendatangkan cahaya pada qalbinya menyebabkan tidak berlaku perubahan dirinya, bahkan ia semakin jauh dari Allah.

Allah berfirman :

“… Sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45)

Nabi صلى الله عليه وآله وسلم bersabda :

“Siapa yang dengan solatnya tidak dapat mencegah fahsya’ dan munkar, tidak akan bertambah daripada Allah melainkan semakin jauh dariNya.“(Riwayat Tabrani dari Ibnu Abbas)

Bila kita takbiratul ihram, “Allahu Akbar” bermakna kita telah berpindah dari alam jasmani ke alam rohani. Maksudnya selepas takbir, kita tidak dibenarkan lagi melakukan pekerjaan jasmani, tiada boleh makan, minum dan lain-lain perbuatan badaniah. Adapun qalbi tiada boleh lagi mengingati hal-hal duniawi, akal juga tiada boleh berkhayal kepada perkara-perkara lain, kerana kita sudah berpindah dari jasmani kepada rohani, dari alam dunia ke alam rohani untuk muraqabah dan musyahadah dengan Allah.

Hakikat Solat Berdasarkan Isra' Mi'raj - (2)
Sambungan dari bahagian (1)

Sebab itu setengah ulama menyatakan kalau lapar atau mengantuk masa nak solat, disunatkan makan atau tidur dahulu. Ini supaya hal-hal jasmani tiada menganggu urusan rohani masa solat nanti.

Oleh itu, bila sampai waktu solat bersungguh-sungguhlah kita untuk jalankan rohani kepada Allah. Niat betul-betul dalam hati, tiada lain dalam batin, melainkan untuk jalankan rohani kepada Allah, supaya rohani tiada terbelenggu di alam dunia.

Jasmani memang tempatnya di alam dunia, adanya makan dan minum, adanya ahli keluarga, pekerjaan dan sebagainya, tapi rohani itu tiada memiliki apa-apa, ia yatim piatu dan hanya ada Allah. Ia tak perlukan semua yang diperlukan jasmani itu, tapi hanya perlukan Allah!

Maka jika seorang itu tidak menjalankan rohaninya kepada Allah, maka ia akan menderita kerana telah melupakan satu diri lagi dalam dirinya, iaitu diri rohani. Bila terlupa begitu, maka ia akan hidup, bekerja siang dan malam untuk kesedapan jasmani semata-mata… mahu makan yang sedap, tidur, rumah besar, kenderaan mahal, kemewahan dan memuaskan syahwatnya semata-mata. Itulah matlamat yang dikejarnya sehinggalah nanti bila mati baru ia tersedar hakikat sebenar.

Apabila mati, kita akan ditanam di suatu tempat yang sempit dan tidak selesa pada jasmani (kubur). Sebab itu jangan tumpukan jasmani lebih dari rohani kerana kalau rohani mendapat kenikmatan maka jasmani dengan sendirinya akan beroleh kenikmatan juga.

Sistem pendidikan kita hari ini, dari peringkat tadika hinggalah ke peringkat tinggi, semuanya mengejar matlamat untuk kepuasan jasmani. Pelajaran dan pendidikan agama bukan keutamaan, malah tidak menjadi syarat wajib untuk mendapat pekerjaan. Lebih malang lagi ada di kalangan masyarakat yang melihat dengan adanya sijil dan kelulusan tinggi itu akan menjamin masa depan, kalau belajar agama, belajar di pondok nanti akan susah, tiada kerja dan hidup susah.

Maka hiduplah masyarakat dengan nilai-nilai Barat, sistem kepercayaan dan mentaliti Barat yang tiada roh tauhid. Walaupun kita solat, puasa, zakat dan buat haji/umrah, tapi kehidupan kita hakikatnya jauh dari nilai-nilai rohaniah atau nilai-nilai alam langit.

Begitu jauhnya dengan alam rohani… di mana dalilnya? Solat mereka tidak mencapai khusyuk, tiada ruh. Ia solat tapi terikat di alam jasmani, dicengkam tarikan duniawi, haiwani dan syaitaniah. Hanya zahir ia bertakbir, tapi rohaninya ditarik graviti duniawi, khayal kepada perkara duniawi, urusan pekerjaan dan lainnya. Ia tiada ‘terbang’ ke alam rohani, alam muraqabah dan musyahadah dengan Allah, sepertimana Nabi صلى الله عليه وآله وسلم berhadap dengan Allah di Sidratul Muntaha. Solatnya tak sampai ke Sidratul Muntaha, sedangkan solat itu diterima Nabi صلى الله عليه وآله وسلم di alam sana.

Solat adalah satu-satunya ibadah yang diterima Nabi صلى الله عليه وآله وسلم di Sidratul Muntaha, adapun yang lain diterima melalui wahyu di bumi ini. Justeru apakah isyarat dari Allah akan hal ini? Ia ibarat Allah menyatakan,

“Wahai HambaKu, 5 kali sehari hendaklah engkau tinggalkan jasadmu, tinggalkan segala urusan duniamu, marilah berhadap kepadaKu..”

Jika solat kita masih di alam jasmani, dibelenggu graviti duniawi, amat bahaya ketika kita nak mati nanti, boleh mati dalam azab. Ini kerana ketika ruh diperintah meninggalkan jasad, maka jasmani akan mencengkam rohani kita hingga boleh mendatangkan azab dan kesakitan yang amat sangat.

Tapi sekiranya kita sudah boleh mencapai khusyuk dalam solat, insya Allah perjalanan rohani ketika sakaratul maut akan menjadi mudah kerana jasmani tiada lagi mengikat rohani. Sebab itulah dikatakan solat itu, ‘kamu mati sebelum mati’.

Dalam solat juga kita diwajibkan menghadap kiblat, tangan diletakkan di perut (antara dada dan pusat). Zahir menghadap Kaabah, batin berhadap kepada Allah.

Keadaan tangan itu juga melambangkan kita mati, lalu hendaklah dipulangkan segala amanah kepada Empunyanya. Segala kudrat, iradat, ilmu, hayat dan sebagainya itu dikembalikan kepada Haq Allah SWT. Kita kembali kepada sifat kehambaan yang tiada memiliki apa-apa, la haula wala quwwata illa bilLahil ‘aliyyil ‘adzim.. hamba yang lemah, faqir, hina dan dhaif.

Justeru, perkara solat ini tidak boleh dipandang ringan. Baik dan buruk umat Islam kekuatannya pada solat. Maka melihat kepada pentingnya solat ini, untuk jalankan rohani kepada Allah, ulama tasawuf dan ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah khususnya di Nusantara ini telah wajibkan kepada murid-murid mereka akan ilmu tarekah.

Apa itu ilmu tarekah? Ia adalah ilmu atau kaedah untuk menjalankan hatimu kepada Allah, untuk buangkan belenggu-belenggu dunia dalam hati. Bagaimana nak dilakukan itu? Ialah dengan perbanyakkan zikrullah, menyebut sebanyak-banyak dalam hati akan zikir “Allah, Allah, Allah”..[1] sehingga dunia itu tercabut dari hatimu, zulmah (kegelapan) akan hilang, nafsu-nafsu yang mencengkam akan lemah, kerana nafsu itu menjadi tunggangan syaitan.

Ini samalah dengan merawat orang terkena jin. Kita membacakan ayat-ayat al-Quran dan zikir-zikir tertentu kepadanya untuk melemahkan atau membuang jin itu dari tubuh pesakit. Maka cara yang sama juga dilakukan untuk membuang jin/syaitan yang ada di dalam hati.

Maka dalam sufi, hakikat isra’ dan mi’raj itu ialah dizikirkan hati (diangkat rohani) dari hati yang ghaflah (lalai) menjadi hati yang sentiasa ingat kepada Allah. Diajarkan zikir “Allah, Allah, Allah” pada qalbi sebanyak-banyak walau tanpa khusyuk sekalipun. Rasa lazat atau manis itu bukanlah matlamat, yang penting untuk kekalkan ingatan dulu kepada Allah.

Bila dah kekal ingatan kepada Allah, dengan sendirinya akan datangkan raza lazat (zauk), asyik, cinta, rindu dan khusyuk. Dengannya hatimu akan ada nur muraqabah yakni dapat melihat Af aluLlah pada setiap apa yang ada di depanmu, sehingga sampai kepada musyahadah. Jadi bila hati dah sampai pada muraqabah dan musyahadah (Ihsan)[2] maka inilah yang dibawa dalam solat (khusyuk).

Untuk mencapai musyahadah ini perlulah melalui latihan dalam tarekah, jika tak melaluinya maka akan sukar untuk hati itu mencapai musyahadah, melainkan orang itu dikurniakan Majzub[3] oleh Allah. Adapun kita orang awam perlulah melalui sistem tarekah ini sebagaimana yang disusun ulama sufi muktabar nusantara.

1. “Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak meninggikan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” Surah 7: Al A’raf, Ayat 205

2. "... Ihsan itu bahawa engkau mengabdikan diri kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatNya, Dia tetap melihat engkau..." (petikan dari hadis yang panjang riwayat Muslim)

3. Menurut istilah tasawuf majzub ialah “Manusia yang ditarik oleh Allah kepada alam yang lain dari keadaan biasa”. Ia juga disebut “sukr” iaitu mabuk yang dialami oleh seorang sufi. Ada dikalangan majzub ini yang memperolehi ilmu tanpa belajar dan berguru. Hal ini jarang berlaku tetapi disitulah sifat Harus bagi Allah untuk mengangkat sesiapa yang dikehendakiNya. Mungkin doa dari para auliya’ atau ibu bapa, datuk, nenek dan sebagainya atau ada kebajikan yang dilakukan (oleh si majzub tadi) yang besar nilainya pada pandangan Allah, atau hatinya sentiasa baik sangka dengan Allah.

Syaikh Ahmad Fathani rahimahullah membahagikan golongan majzub kepada tiga golongan, iaitu :
a. Golongan yang ditarik kepada beberapa hal yang mulia dan beberapa maqam yang tinggi didalam masa yang singkat serta dihilangkan akalnya sehinga ia tidak sedar lagi di alam ini. Majzub inilah yang disebut oleh Syaikh Muhammad Abil Mawahib Asy-Syazili :
“Bermula murid itu berjalan atas yang lurus dan majzub itu pada sisi kaum sufiah adalah mandul.”

Mereka ini sentiasa dalam keadaan fana’, tiada boleh diambil pelajaran daripadanya sama ada perkataan dan perbuatannya. Mereka akan bercakap dengan apa yang diperlihatkan oleh Allah pada mereka sehingga kadangkala membuka dan menjatuhkan keaiban orang yang bertemunya.

b. Golongan yang dikembalikan kesedaran dan diturunkan ia daripada satu maqam kepada satu maqam sehingga memiliki baginya ilmu Allah dan sampai kepada puncak fana’ fiLlah dan baqa’’ biLlah.

c. Golongan yang tiada dilenyapkan daripada akalnya sekali-kali. Golongan ini disebut oleh Syaikh Muhammad Abil Mawahib asy-Syazili sebagai “Majzub yang jaga ia, afdhal daripada majzub yang dihapuskan dengan sifat Tuhan.”

Untuk memimpin murid, golongan majzub perlu kembali pada salik iaitu memiliki ilmu dan mengamalkannya mengikut disiplin tariqah tasawuf, wajib mempunyai syaikh untuk dibimbing atau sentiasa merujuk segala hal ehwal rohaninya (kepada syaikh mursyid) agar segala kedapatan rohaninya adalah benar, sehingga ilmunya benar-benar mantap, sama ada yang zahir atau yang batin. Wallahu 'alam.

Dari:ihsan daurah rohani


Rabu, 12 Julai 2017

3 Doa Jibril Yang Nabi SAW Aminkan Ketika Baginda Menaiki Mimbar


Replika mimbar Nabi sallAllahu `alaihi wa sallam.

Ada satu peristiwa ganjil terjadi kepada Rasulullah sallAllahu `alaihi wa sallam ketika Baginda menaiki minbar. Para sahabat ketika itu dapat melihat dan mendengar Baginda menyebut “amin” sebanyak tiga kali. Ia suatu yang agak pelik lalu menyebabkan para sahabat bertanya.

Peristiwa tersebut ada diriwayatkan di dalam hadith seperti berikut:

أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم صعِد المِنبَرَ فقال : ( آمينَ آمينَ آمينَ ) قيل : يارسولَ اللهِ إنَّكَ حينَ صعِدْتَ المِنبَرَ قُلْتَ : آمينَ آمينَ آمينَ قال : ( إنَّ جِبريلَأتاني فقال : مَن أدرَك شهرَ رمضانَ ولَمْ يُغفَرْ له فدخَل النَّارَ فأبعَده اللهُ قُلْ :آمينَ فقُلْتُ : آمينَ ومَن أدرَك أبوَيْهِ أو أحَدَهما فلَمْ يبَرَّهما فمات فدخَل النَّارَ فأبعَده اللهُ قُلْ : آمينَ فقُلْتُ : آمينَ ومَن ذُكِرْتَ عندَه فلَمْ يُصَلِّ عليكَ فمات فدخَل النَّارَ فأبعَده اللهُ قُلْ : آمينَ فقُلْتُ : آمينَ

Bahawa Nabi sallAllahu `alaihi wa sallam sedang menaiki minbar lalu Baginda berkata: “amin, amin, amin”.

Maka para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau apabila sedang menaiki minbar engkau telah berkata “amin, amin, amin”.”

Baginda bersabda: “Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku lalu dia berkata: “Sesiapa yang sempat dengan bulan Ramadhan dan tidak diberikan keampunan kepadanya lalu dia masuk ke Neraka, maka ALLAH akan menjauhkannya (dari rahmatNYA). Katakanlah “amin”. Lalu aku pun berkata “amin”. Dan sesiapa yang sempat hidup dengan ibubapa atau salah satu dari mereka berdua dan dia tidak berbuat baik kepada mereka berdua lalu dia mati, lalu masuk ke Neraka, maka ALLAH akan menjauhkannya (dari rahmatNYA). Katalah “amin”. Lalu aku pun berkata “amin”. Dan sesiapa yang mendengar namamu disebut di sisinya dan dia tidak bersolawat ke atasmu, lalu dia mati, lalu masuk ke Neraka, maka ALLAH akan menjauhkannya (dari rahmatNYA). Katalah “amin”. Lalu aku pun berkata “amin”. “

(Perawi hadith ini ialah Abu Hurairah radhiAllahu `anhu. Hadith ini ada di dalam Sahih Ibnu Hibban dan disahihkan oleh al-Albani di dalam Sahih at-Targhib)

Ada tiga perkara penting yang perlu diberikan perhatian dari hadith di atas, iaitu:

1) Kepentingan mendapat keampunan daripada ALLAH Subhanahu wa Ta`ala pada bulan Ramadhan.

Justeru, antara perkara utama yang wajar kita lakukan sepanjang Ramadhan ialah memohon keampunan daripada ALLAH sebanyak-banyaknya. Panjatkanlah harapan dan permintaan agar ALLAH ampunkan segala dosa kita samada yang diketahui atau pun yang kita tidak sedar. Bahkan dalam beberapa hadith ada disebut tentang ganjaran pengampunan dosa bagi sesiapa yang beribadah sungguh-sungguh pada bulan Ramadhan. Hal itu ada disebutkan di dalam tulisan yang lalu iaitu:

RAMADHAN: Perbanyakkan Mohon Keampunan & Kembalilah Kepada ALLAH
‘Imaanan Wa Ihtisaaban’

2) Kepentingan berbuat baik kepada ibubapa.

Jika ibubapa kita masih hidup atau salah seorang dari mereka masih hidup, maka berbuat baiklah kepada mereka. Berbuat baik kepada ibubapa merupakan lesen besar untuk kita dapat rahmat ALLAH lalu memasukkan kita ke dalam Syurga. Betapa ruginya bagi sesiapa yang masih mempunyai ibubapa atau salah seorang mereka tetapi mengabaikan tuntutan ini. Pengabaiannya akan membuatkan kita jauh dari rahmat ALLAH di dunia dan di akhirat. Tulisan berikut ada menyentuh perihal berbuat baik kepada ibubapa:

Oh Muslim, Bahagiakanlah Ibumu.

3) Kepentingan mengucapkan solawat ke atas Nabi Muhammad sallAllahu `alaihi wa sallam ketika mendengar nama Baginda disebut.

Nabi Muhammad sallAllahu `alaihi wa sallam adalah insan terpilih yang menjadi Utusan ALLAH `Azza wa Jalla. Dengan sebab Bagindalah kita semua dapat menemui hidayah dan taufiq ALLAH lalu menjadi muslim, alhamdulillah. Sewajarnya kita sebagai ummat Baginda memuliakan insan paling mulia ini. ALLAH Ta`ala menyuruh sekalian orang mukmin supaya bersolawat ke atas Nabi Muhammad. Maka, sewajibnya kita selalu bersolawat ke atas Baginda terutama ketika mendengar nama Nabi Muhammad disebut. Apatah lagi setelah mengetahuinya dari hadith di atas. Suruhan dan kelebihan bersolawat serta amaran bagi sesiapa yang tidak bersolawat ke atas Baginda ada disenaraikan di dalam tulisan berikut:

Keutamaan Solawat Ke Atas Rasulullah SAW

Itulah inti doa Jibril yang di’amin’kan oleh Nabi Muhammad sallAllahu `alaihi wa sallam. Bayangkan betapa mustajab dan pentingnya doa tersebut. Ia didoakan oleh Jibril, suatu makhluq mulia yang hampir dengan ALLAH lalu di’amin’kan pula oleh insan ma`sum yang terpelihara dari dosa. Allahu Akbar!

Semoga dengan menghayati hadith tersebut, kita menjadi insaf lalu memuhasabah diri akan 3 perkara yang disebut itu, in shaa’ ALLAH. Kepada ALLAH lah kita pohon akan hidayah dan taufiq, amin…
Sumber dari:
www.muzir.wordpress.com

Selasa, 11 Julai 2017

Dosa yang sering dilakukan oleh isteri terhadap suami



8 Dosa yang Paling Banyak Dilakukan Isteri Pada Suami.....

no 7 ramai para isteri zaman sekarang yang buat (lakukan)

Para wanita yang bergelar isteri sekelian, sebagai seorang isteri sering tanpa sedar anda melakukan tindakan berdosa terhadap suami, bahkan menganggap dosa tersebut adalah hal biasa saja. Pada hal syurga dan neraka isteri ada pada redho suaminya.
 Semoga daftar dosa yang paling sering dilakukan oleh isteri ini dapat di hindari agar terjauh dari kebencian dan laknat Allah.

  1. Menafikan Kebaikan Suami 
"Diperlihatkan neraka kepada ku dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita,mereka kufur." Para sahabat bertanya: "Apakah disebabkan kufurnya mereka kepada Allah?"
Rasulullah menjawab:"(Tidak), mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada kebaikan. Seandainya seorang suami berbuat kebaikan kepada isterinya selama setahun, kemudian isterinya melihat sesuatu yang buruk pada suaminya, maka dia mengatakan, "aku tiak pernah melihat kebaikan pada diri mu sedikitpun".

     2. Tidak Menghormati Keluarga Suami

Seorang suami harus berlaku lembut pada isterinya, namun demikian isteri pun wajib bersikap lembut pada keluarga suaminya. Jangan sampai isteri memonopoli suaminya hingga bahkan Ibu an ayahnya sendiri tidak menapat hak mereka terhadap anak lelaki mereka. Dalam sebuah hadith sahih, diriwayatkan bahawa Aishah ra bertanya kepada Rasulullah SAW: "Siapakah berhak terhadap seorang wanita?" Rasulullah menjawab, "Suaminya (apabila sudah menikah). Aishah ra bertanya lagi, "Siapakah yang berhak terhadap seorang lelaki?' Rasulullah menjawab Ibunya". (HR.Muslim)

Seorang sahabatn Jabir ra menceritakan: Suatu hari datang seorang lelaki kepada Rasullah SAW, ia berkata,"Ya Rasulullah, saya memiliki harta an anak, dan bagaimana jika ayah saya menginginkan (meminta) harta saya itu?" Rasulullah menjawab, "Kamu dan harta kamu adalah milik ayah kamu".
(HR. Ibnu Majah dan At-Thabani)

     3. Keluar Rumah Tanpa Izin Suami 

Termasuk berpergian jauh ditemani oleh mahramnya. "Seorang wanita tidak boleh berpergian jauh kecuali bersama mahramnya". Hadith ini menyangkutkan semua bentuk safar. Wallahu a'lam. (Syrarh Muslim 9/103 dengan sedikit perubahan).

     4. Menolak Ajakan Suami berhubungan

Rasulullah SAW bersabda:"Apabila suami mengajak isterinya ketempat tidurnya kemudian isterinya menolak untuk datang lalu suaminya itu tidur semalaman dalam keadaan marah kepada isterinya, maka isterinya itu di laknat oleh Malaikat hingga ke subuh." (HR.Ahmad , Bukhari dan Muslim)

     5. Berhias Bukan Untuk Suami

"Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah...."(QS. Al-Ahzab 33)

      6. Mengungkit-ungkit Kebaikan Dirinya Terhadap Suami

Bukan sedikit isteri yang mengungkit-ungkit kebaikan atas bahkan darjat dirinya di hadapan suaminya sehingga menyakiti dan merendahkan suaminya, hal ini merupakan perkara yang amat besar dosanya.

Abu Dzar ra meriwayatkan, bahawasanya Nabi Salallahu "Alaihiwasalam bersabda," Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tidak akan memandang mereka di hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk merek azab yang pedih."Abu Dzar ra berkata," Rasulullah SAW mengatakannya sebanyak tiga kali". Lalu Abu Dzar bertanya,"Siapa kah mereka yang rugi itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,"orang yang menjulurkan kain sarungnya kebawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu untuk menjual." (HR Muslim)

     7. Membangkang Terhadap Suami (Nusyuz)

Ibnu Katsir ra berkata, "Nusyuz adalah meninggalkan perentah suami, menentangnya dan membencinya." (Tafsir Al-Quran Al 'Azim, 4: 24). "Wanita-wanita yang kami khuatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka ditempat tidur mereka, dan pukullah mereka, dan jika mereka mentaati kamu, maka jangan kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."(QS. 4:34)

      8. Mengugut Cerai Tanpa Alasan Syar'i

"Wanita mana saja yang meminta kepada suaminya untuk di ceraikan tanpa kondisi mendesak maka haram baginya bau Syurga".(HR Abu Daud no 2226, At-Turmudzi 1187)

sumber dari:http://www.ummi-online.com






Khamis, 12 Januari 2017

Panduan Solat Tahajjud - Solat sunat paling utama disisi Islam



APA ITU SOLAT TAHAJJUD DAN DALIL YANG MENSYARI’ATKANNYA

Amalan solat sunat yang paling utama di sisi Islam adalah solat Tahajjud. Ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ. وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ.

Maksudnya:
Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa (sunat) pada bulan Allah iaitu bulan Muharram. Sedangkan solat yang paling utama setelah solat wajib adalah solat malam (Tahajjud). - Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab al-Shiyam, no: 1163.

Tahajjud terbentuk dari kata dasar hajjada yang bererti tidur dan tahajjada bererti berjaga. Maka kata tahajjadtu bermaksud saya telah membuang jauh perasaan ingin tidur dari diri saya.

Menurut al-Hafidz Ibnu Hajar al-’Asqalani rahimahullah:
Imam al-Thabari berkata: “Tahajjud adalah berjaga setelah tidur terlebih dahulu.”… Ibnu Faris berkata: “Al-Mutahajjid bermaksud orang yang solat di malam hari.” Sedangkan al-Kurra’ menyatakan: “Tahajjudadalah solat malam secara khusus.” – Rujuk kitab al-Hafidz Ibnu Hajar al-’Asqalani, Fathul Baari, jilid 6, ms. 203.

Oleh itu solat Tahajjud adalah solat sunat yang dikerjakan pada waktu malam iaitu setelah mengerjakan solat Isyak dan sebelum masuk waktu solat Subuh. Namun begitu waktu yang paling utama untuk dilaksanakan solat Tahajjud itu adalah sepertiga malam yang terakhir (iaitu kira-kira 3 jam sebelum masuk waktu subuh). Solat sunat Tahajjud ini kebiasaannya digandingkan dengan solat sunat Witir sebagai penutupnya.

Dalil disyariatkan solat Tahajjud ini adalah sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

Maksudnya:
Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah "solat Tahajjud" padanya, sebagai solat tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkit dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat yang terpuji. - al-Israa’ (17) : 79

Di dalam kitab al-Majaz oleh Abu Ubaidah disebutkan: “Firman-Nya “kerjakanlah solat Tahajjud padanya” bermaksud berjagalah pada malam hari untuk melakukan solat.” – Rujuk kitab al-Hafidz Ibnu Hajar al-’Asqalani, Fathul Baari, jilid 6, ms. 202.

Dalil solat Tahajjud lebih utama dilakukan pada sepertiga malam terakhir disandarkan kepada sabda Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ.

يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ.

Maksudnya:
Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang akhir. Allah berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, nescaya Aku akan mengabulkannya; siapa yang meminta kepada-Ku, nescaya Aku akan memberinya; siapa yang memohon ampun kepada-Ku, nescaya Aku akan mengampunnya. - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab at-Tahajjud, no: 1145.

Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الرَّبُّ مِنْ الْعَبْدِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ الآخِرِ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ

أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللَّهَ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ.
Maksudnya:
Saat yang paling dekat di antara Allah dan hamba-Nya adalah pada tengah malam terakhir, apabila kamu boleh menjadi sebahagian daripada mereka yang mengingati Allah pada saat itu maka lakukanlah. – Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab al-Da’waat, no: 3503.

Ternyata ibadah yang di dalamnya terdapat doa-doa, zikir-zikir, permintaan-permintaan dan permohonan ampun adalah solat. Maka selayaknya solat yang paling utama setelah solat fardu ini dilaksanakan pada sepertiga malam yang akhir.

v JUMLAH RAKAAT SOLAT TAHAJJUD

Secara umumnya solat Tahajjud ini boleh dilakukan dengan dua rakaat-dua rakaat dan ianya tidak mempunyai batasan jumlah rakaat yang maksimum. Malah ianya juga boleh dilaksanakan dengan hanya satu rakaat solat sunat witir.

Daripada ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu’ anhuma, dia berkata:

إِنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ صَلاَةُ اللَّيْلِ.

قَالَ: مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ.

Maksudnya:
Sesungguhnya seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah, bagaimanakah solat malam? Baginda bersabda: Dua-dua (rakaat), apabila engkau khuatir (masuk waktu subuh), maka laksanakan solat witir satu rakaat. - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab at-Tahajjud, no: 1137.

Namun begitu jumlah rakaat yang paling utama adalah dengan tidak melebihkannya dari sebelas atau tiga belas rakaat kerana jumlah ini adalah sebagaimana yang kebiasaannya dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Daripada ‘Aishah radhiallahu’ anha, dia berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي بِاللَّيْلِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُوتِرُ مِنْهَا بِوَاحِدَةٍ.

Maksudnya:
Bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam solat malam pada waktu setelah selesai Isyak sampai terbit fajar sebanyak sebelas rakaat dengan salam setiap selesai dua rakaat, lalu berwitir dengan satu rakaat. - Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatil Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 736.

Daripada ‘Aishah radhiallahu’ anha, dia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنْهَا الْوِتْرُ وَرَكْعَتَا الْفَجْرِ.

Maksudnya:
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa solat pada malam hari tiga belas rakaat termasuk witir, dan dua rakaat solat fajar (sunat Qabliyah Subuh). - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab at-Tahajjud, no: 1140.

Abu Salamah radhiallahu’ anh pernah bertanya kepada ‘Aishah radhiallahu’ anha tentang solat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada bulan Ramadan. Maka ‘Aishah menjawab:

مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً

يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ. ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ.

ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا.
Maksudnya:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menambah pada bulan Ramadan dan tidak pula pada bulan-bulan lainnya, melebihi sebelas rakaat; baginda solat empat rakaat, jangan kamu persoalkan akan kebagusan dan panjangnya. Kemudian baginda solat empat rakaat lagi, jangan kamu persoalkan akan kebagusan dan panjangnya. Kemudian baginda solat tiga rakaat (witir). - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalamShahihnya, Kitab at-Tahajjud, no: 1147.

Hadis di atas ini menunjukkan bahawa solat Tahajjud ini juga boleh dikerjakan secara empat rakaat-empat rakaat. Ianya boleh dikerjakan sebagaimana tatacara solat fardu yang empat rakaat iaitu dengan dua tahiyyat serta satu salam

Sekiranya Nabi s.a.w mengerjakan solat Tahajjud dengan tidak melebihkannya dari sebelas atau tiga belas rakaat, adakah diperbolehkan bagi kita semua mengerjakannya dengan jumlah rakaat yang mengatasi jumlah rakaat yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam? Menurut Syaikh Kamal bin al-Sayyid Salim:

Majoriti ulamak –baik daripada kalangan salaf mahupun khalaf- justeru berpendapat diperbolehkan untuk menambah bilangan rakaat Qiyam al-Lail melebihi sebelas rakaat walaupun mereka tetap menyatakan bilangan sebelas rakaat adalah bilangan yang disunnahkan. Al-Qadhi Iyadh berkata:
Tidak ada perbezaan di kalangan para ulamak bahawa tidak ada batasan yang dilarang, baik untuk menambah atau mengurangkan dalam masalah ini (jumlah bilangan rakaat Qiyam al-lail). Solat adalah satu bentuk ketaatan yang setiap kali bertambah jumlah bilangannya, maka pahalanya pun bertambah. Isu yang menjadi perselisihan adalah hal yang berkenaan dengan perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan apa yang telah baginda pilih untuk dirinya. Wallahu a’lam.
Ibnu ‘Abdul Barr dalam kitab al-Tamhid berkata:
Tidak ada perbezaan pendapat di kalangan umat Islam bahawa tidak ada batasan tertentu untuk solat malam. Solat ini adalah salah satu perbuatan sunnah dan kebajikan, sesiapapun boleh melakukannya sedikit dan boleh memperbanyakannya.
Aku (iaitu Syaikh Kamal) katakan: Hal ini menunjukkan bahawa pendapat inilah yang kuat. - Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim bertajuk Shahih Fiqh as-Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib al-A’immah, jilid 1, ms. 653.

v TATACARA RINGKAS MENGERJAKAN SOLAT TAHAJJUD

A) Tatacara Solat Tahajjud Dua Rakaat

Rakaat Pertama
1) Berniat di dalam hati untuk mengerjakan solat Tahajjud
2) Takbiratul Ihram
3) Doa Iftitah
4) Membaca surah al-Fatihah
5) Membaca Surah al-Qur’an
6) Rukuk
7) Iktidal
8) Sujud
9) Duduk antara dua sujud
10) Sujud kali kedua
11) Bangun untuk rakaat kedua

Rakaat Kedua
1) Ulang seperti rakaat pertama dari nombor (4) hingga (10)
2) Duduk untuk tahiyyat akhir
3) Memberi salam ke kanan dan ke kiri

Ulangilah solat dua rakaat ini sebanyak mana yang disukai dan diakhirkan dengan solat Witir. Hanya sahaja yang afdal adalah mencontohi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengerjakan solat Qiyam al-Lail ini (yakni solatTahajjud dan Witir) tidak melebihi sebelas atau tiga belas rakaat.

B) Tatacara Solat Tahajjud Empat Rakaat

Rakaat Pertama
1) Berniat di dalam hati untuk mengerjakan solat Tahajjud
2) Takbiratul Ihram
3) Doa Iftitah
4) Membaca surah al-Fatihah
5) Membaca Surah al-Qur’an
6) Rukuk
7) Iktidal
8) Sujud
9) Duduk antara dua sujud
10) Sujud kali kedua
11) Bangun untuk rakaat kedua
Rakaat Kedua
1) Ulang seperti rakaat pertama dari nombor (4) hingga (10)
2) Duduk untuk tahiyyat awal
3) Bangun untuk rakaat ketiga
Rakaat Ketiga
1) Ulang seperti rakaat pertama dari nombor (4) hingga (10)
2) Bangun untuk rakaat keempat
Rakaat Keempat
1) Ulang seperti rakaat pertama dari nombor (4) hingga (10)
2) Duduk untuk tahiyyat akhir
3) Memberi salam ke kanan dan ke kiri

Ulangilah solat empat rakaat ini sebanyak mana yang disukai dan diakhirkan dengan solat Witir. Hanya sahaja yang afdal adalah mencontohi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengerjakan solat Qiyam al-Lail ini (yakni solatTahajjud dan Witir) tidak melebihi sebelas atau tiga belas rakaat.


v BEBERAPA SUNNAH DALAM MELAKSANAKAN SOLAT TAHAJJUD

q Niat Untuk Mengerjakan Solat Tahajjud Sebelum Tidur
Adalah disunatkan untuk tidur terlebih dahulu sebelum mengerjakan solat Tahajjud. Oleh itu bagi mereka yang hendak melaksanakan solat Tahajjud, hendaklah dia berniat sebelum tidur bahawa dia akan melaksanakan solat tersebut. Sekiranya seseorang itu telah berniat namun dia gagal untuk terjaga dari tidurnya bagi mengerjakan solat Tahajjud, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap akan mengurniakan pahala solat Tahajjud tersebut. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

مَا مِنْ امْرِئٍ تَكُونُ لَهُ صَلاَةٌ بِلَيْلٍ فَغَلَبَهُ عَلَيْهَا نَوْمٌ إِلاَّ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَجْرَ صَلاَتِهِ

وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً عَلَيْهِ.

Maksudnya:
Sesiapa yang (berniat) akan mengerjakan solat malam, lalu tertidur, Allah pasti menulis untuknya pahala solat malam dan tidurnya merupakan sedekah untuknya. - Hadis riwayat Imam al-Nasa’i dalam Sunannya, Kitab Qiyam al-Lail, no: 1763.

q Cara Untuk Menghilangkan Mengantuk
Apabila terjaga dari tidur untuk melaksanakan solat Tahajjud hendaklah berusaha untuk menghilangkan perasaan mengantuk dari wajah dengan bersugi atau menggosok gigi dan setelah itu mengucapkan zikir La ilaha illallahu wahdahu la syarikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli shayin qadir alhamdulillah wa subhanallah wa la ilaha illallah wallahu akbar wa la haulawala quwwata illa billahi. Allahummaghfirli. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ تَعَارَّ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ.

لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ.

ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي" أَوْ دَعَا اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلاَتُهُ.

Maksudnya:
Barangsiapa terbangun pada malam hari lalu mengucapkan: Tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan untuk-Nya segala pujian, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah, Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Allah Maha Besar. Dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Kemudian diucapkan: “Ya Allah ampunilah aku” atau dia berdoa nescaya akan dimakbulkan untuknya. Apabila dia berwuduk nescaya diterima solatnya. - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab at-Tahajjud, no: 1154.

Satu cara lagi untuk menghilangkan perasaan mengantuk adalah sebaik sahaja bangun dari tidur hendaklah kita mengusap wajah kita lalu membaca sepuluh ayat terakhir dari surah ‘Ali Imran.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’ anh, dia berkata:

اسْتَيْقَظَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يَمْسَحُ النَّوْمَ عَنْ وَجْهِهِ بِيَدِهِ

ثُمَّ قَرَأَ الْعَشْرَ الآيَاتِ الْخَوَاتِمَ مِنْ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ.

Maksudnya:
Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangun tidur, lalu menghilangkan rasa mengantuk dengan cara mengusapkan tapak tangannya pada wajahnya. Baginda kemudiannya membaca sepuluh ayat terakhir surah ‘Ali Imran. - Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatil Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 763.

q Solat Sunat Dua Rakaat Sebelum Megerjakan Solat Tahajjud
Hendaklah dikerjakan solat dua rakaat yang ringan sebelum memulakan solat Tahajjud. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَتِحْ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ.
Maksudnya:
Jika salah seorang dari kalian ingin melaksanakan solat malam, maka hendaklah dia memulai solat malamnya dengan mengerjakan (solat) dua rakaat dengan agak cepat. - Hadis riwayat Imam Muslim dalamShahihnya, Kitab Sholaatil Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 768.

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata:

Al-Hafidz Abu al-Fadhl bin al-Husain menyebutkan dalam kitab Syarah al-Tirmidzi bahawa rahsia solat malam dimulai dengan dua rakaat yang ringan adalah untuk segera melepaskan ikatan syaitan. – Rujuk kitab al-Hafidz Ibnu Hajar al-’Asqalani, Fathul Baari jilid 6, ms. 273.

Pendapat di atas ini ada hubung-kaitnya dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ.

يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ. فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ.

فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ. فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ.

فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ.

Maksudnya:
Syaitan akan mengikat tengkuk salah seorang di antara kamu apabila kamu tidur dengan tiga ikatan. Ia menepukkan pada setiap ikatan; bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Apabila kamu bangun dan berzikir kepada Allah maka terbukalah satu ikatan. Apabila kamu berwuduk maka terbuka pula satu ikatan. Apabila kamu bersolat terbukalah satu ikatan. Maka di pagi hari kamu akan bersemangat dan merasa segar. Jika tidak nescaya di pagi hari perasaannya buruk dan malas. - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab at-Tahajjud, no: 1142.

Dari hadis ini dapat kita simpulkan bahawa ikatan ketiga itu hanya dapat dilepaskan setelah kita melakukan solat yang sempurna. Oleh itu solat dua rakaat sebelum solat Tahajjud memainkan peranan tersebut. Setelah itu dapatlah kita mengerjakan solat Tahhajud dengan penuh semangat dan kesegaran. Wallahu’alam.

q Mengerjakannya Di Rumah
Adalah lebih utama sekiranya solat Tahajjud tersebut dilakukan di rumah sendiri dan bukan di masjid. Ini adalah kerana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa melakukan solat Tahajjud di rumahnya sendiri. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَعَلَيْكُمْ بِالصَّلاَةِ فِي بُيُوتِكُمْ! فَإِنَّ خَيْرَ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلاَّ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوبَةَ.

Maksudnya:
Hendaklah kalian solat di rumah kalian! Kerana sebaik-baik solat seseorang itu adalah di rumahnya kecuali solat wajib. - Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatil Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 781.

q Doa Solat Tahajjud
Di dalam Shahih al-Bukhari terdapat satu doa khusus untuk solat Tahajjud. Namun begitu terdapat perbezaan pendapat tentang di mana hendak membaca doa tersebut. Ada yang menyatakan ianya dibaca ketika berdiri hendak memulakan solattahajjud dan ada pula yang beranggapan ianya diucapkan setelah takbiratul ihram sebagai doa iftitah. Doa tersebut adalah sebagaimana diriwayatkan daripada Ibnu ‘Abbas radhiallahu’ anh, dia berkata: Biasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila solat di malam hari untuk tahajjud maka baginda mengucapkan:

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ

وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ

وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ

وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ

وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ

وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ

اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ

فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ

أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَوْ لاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.

Ya Allah, bagi Mu segala puji. Engkau pencipta dan pemelihara (pengatur) langit dan bumi serta segala isinya. Bagi Mu segala puji, kepunyaan Mu kerajaan langit dan bumi serta segala isinya. Bagi Mu segala puji, Engkau adalah nur (cahaya) langit dan bumi. Bagi Mu segala puji, Engkau lah penguasa langit dan bumi. Bagi Mu segala puji, Engkau adalah haq (Maha Benar), janji Mu adalah benar, pertemuan dengan Mu adalah benar, firman Mu adalah benar, syurga adalah benar, neraka adalah benar, para nabi adalah benar, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah benar, dan hari kiamat adalah benar. Ya Allah, hanya kepada Mu aku berserah diri, kepada Mu aku beriman, kepada Mu aku bertawakal dan hanya kepada Mu aku kembali. Kerana Engkau aku memusuhi dan hanya kepada Mu aku mengambil keputusan. Ampunilah aku atas segala yang telah aku lakukan dan apa yang akan aku lakukan, apa yang aku rahsiakan dan apa yang aku nyatakan. Engkau lah zat yang Maha Awal dan Maha Terakhir, tidak ada sembahan kecuali Engkau.

Sufyan berkata: ‘Abdul Karim Abu Umayyah menambahkan:

وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ.

Dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali dari Allah. – Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab al-Tahajjud, no: 1120.

q Membangunkan Ahli Keluarga Untuk Mengerjakan Solat Tahajjud
Hendaklah membangunkan ahli keluarga untuk mengerjakan solat Tahajjud. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً قَامَ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّى ثُمَّ أَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ.

فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ. وَرَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ

ثُمَّ أَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى. فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ.

Maksudnya:
Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun pada waktu malam lalu solat; kemudian dia membangunkan isterinya lalu isterinya juga solat. Jika isterinya enggan maka si suaminya memercik wajah isteri dengan air. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun pada waktu malam lalu solat; kemudian dia membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan maka si isterinya memercik wajah suami dengan air. - Hadis riwayat Imam al-Nasa’i dalam Sunannya, Kitab Qiyam al-Lail, no: 1592.

q Boleh Mengeraskan atau Memperlahankan Bacaan
Diperbolehkan untuk mengeraskan (jahr) dan memperlahankan (sirr) bacaan ketika solat Tahajjud kerana Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam pernah membaca dengan kedua-dua cara tersebut.

Daripada ‘Abdullah bin Abi Qais, dia berkata:

سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ وِتْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ ...

كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَتُهُ أَكَانَ يُسِرُّ بِالْقِرَاءَةِ أَمْ يَجْهَرُ.

قَالَتْ: كُلَّ ذَلِكَ كَانَ يَفْعَلُ رُبَّمَا أَسَرَّ وَرُبَّمَا جَهَرَ...

Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah tentang solat Witir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam …: Bagaimanakah bacaan Baginda ketika solat, adakah dengan suara keras atau suara yang perlahan?
Dia menjawab: Kesemua cara tersebut baginda amalkan, kadang-kadang dengan suara perlahan dan kadang-kadang dengan suara keras. – Hadis riwayat Imam Abu Dawud dalam Sunannya, Kitab al-Sholaah, no: 1225.

Berkaitan dengan hal ini Imam al-Nawawi rahimahullah berkata:

Telah banyak dibawakan hadis-hadis yang menerangkan keutamaan mengeraskan suara dan hadis-hadis yang menjelaskan keutamaan merendahkan suara. Para ulamak berkata: Untuk menggabungkan antara keduanya boleh dikatakan bahawa suara perlahan lebih jauh dari perasaan riyak dan ini lebih utama bagi orang yang khuatir akan memiliki perasaan riyak, namun apabila dia tidak takut riyak maka suara keras itu lebih utama baginya dengan syarat tidak mengganggu orang lain yang sedang solat, tidur atau selainnya. – Dinukil dari Shahih Fiqh as-Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib al-A’immah, jilid 1, ms. 647.

q Memanjangkan Kadar Waktu Mengerjakan Solat Tahajjud
Hendaklah memanjangkan berdiri ketika solat iaitu dengan membaca surah yang panjang dan melamakan sujud tatkala solatTahajjud. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ طُولُ الْقُنُوتِ.
Maksudnya:
Solat yang paling utama adalah solat yang paling lama berdirinya. Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatil Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 756.

Daripada ‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiallahu’ anh, dia berkata:

صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَلَمْ يَزَلْ قَائِمًا حَتَّى هَمَمْتُ بِأَمْرِ سَوْءٍ.

قُلْنَا: وَمَا هَمَمْتَ. قَالَ: هَمَمْتُ أَنْ أَقْعُدَ وَأَذَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Maksudnya:
Aku pernah solat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam, baginda tetap sahaja berdiri hingga aku ingin melakukan perbuatan yang buruk. Kami bertanya: Apakah yang ingin kamu lakukan? Dia menjawab: Aku ingin duduk dan membiarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersolat sendirian. - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Sahihnya, Kitab at-Tahajjud, no: 1135.

Menurut al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah:

Dalam hadis di atas terdapat keterangan bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memilih untuk memperpanjangkan solat malam. Ibnu Mas’ud adalah seorang yang kuat dan senantiasa mengikuti Nabishallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak terdetik di dalam dirinya keinginan untuk duduk, melainkan kerana panjangnya solat tersebut melebihi kebiasaan yang beliau lakukan. – Rujuk kitab karya Al-Hafidz Ibnu Hajar al-’Asqalani, Fathul Baari, jilid 6, ms. 248.

Hendaklah juga membaca ayat-ayat al-Qur’an tersebut secara tartil dan suara yang bagus. Ini sebagaimana firman AllahSubhanahu wa Ta’ala:

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

…dan bacalah Al-Quran dengan "Tartil" (secara perlahan-lahan). – al-Muzammil (73) : 4

Daripada Hafshah radhiallahu’ anha, dia berkata:

وَكَانَ يَقْرَأُ بِالسُّورَةِ فَيُرَتِّلُهَا حَتَّى تَكُونَ أَطْوَلَ مِنْ أَطْوَلَ مِنْهَا.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika membaca surah (al-Qur’an) baginda membacanya dengan tartil hingga seakan-akan surah itu lebih panjang dari biasanya. - Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya,Kitab Sholaatil Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 736.

Disunnahkan juga membacanya dengan suara yang baik serta berlagu. Al-Bara’ bin ‘Azib radhiallahu’ anh berkata:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Hiasilah (bacaan) al-Qur’an dengan suaramu. - Hadis riwayat Imam al-Nasa’i dalam Sunannya, Kitab al-Iftitah, no: 1005.

Menurut Abu Hurairah radhiallahu’ anh:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ وَزَادَ غَيْرُهُ يَجْهَرُ بِهِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Tidaklah termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan (bacaan) al-Qur’an. - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab al-Tawhid, no. 7527.

Ingin penulis ingatkan bahawa mereka yang membaca surah atau ayat dari al-Qur’an dengan laju dan tergesa-gesa adalah termasuk dalam golongan yang mengambil sikap sambil lewa dalam beribadah. Menurut Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah:

Bacaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu ialah secara panjang (perlahan-lahan). Baginda berhenti pada setiap ayat dan memanjangkan suaranya.” – Syaikh Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, jilid 1, ms 338.

Namun demikian janganlah kita keterlaluan dalam melagukan bacaan al-Qur’an sehingga bertentangan dengan peraturan-peratutan (tajwid – pen) dalam membacanya. Syaikh Kamal al-Sayyid Salim berkata:

Maksud melagukan bacaan al-Qur’an adalah dengan membaguskan suaranya secara keras dan melantunkannya dengan nada yang lembut sehingga mempengaruhi jiwa dan dapat mengalirkan air mata dengan syarat tidak keluar dari aturan membaca yang benar menurut ahli Qira’at. Adapun bacaan yang meliuk-liuk dengan nyanyian yang di luar batasan sehingga menyebabkan keluar dari semestinya, maka jumhur ulamak tidak menyukainya (makruh). Wallahu a’lam. - rujuk Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim,Shahih Fiqh as-Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib al-A’immah, jilid 1, ms. 645.

Hanya sahaja pendek atau panjangnya bacaan ketika solat bergantung kepada kemampuan masing-masing kerana Nabishallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menetapkan bacaan tertentu untuk solat Tahajjud ini. Sekiranya tidak mampu menghafal surah yang panjang, memadailah dengan apa yang termampu untuk dibacakan. Dari Abi Sa’id radhiallahu’ anh, dia berkata:

أُمِرْنَا أَنْ نَقْرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَمَا تَيَسَّرَ.
Maksudnya:
Kami telah diperintah (oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) supaya kami membaca al-Fatihah dan apa-apa (ayat/surah) yang mudah (bagi kami). - Hadis riwayat Imam Abu Dawud dalam Sunannya, Kitab al-Sholaah, no: 695.

Dalil tentang memanjangkan sujud pula adalah sebagaimana yang telah diperjelaskan oleh ‘Aishah radhiallahu’ anha:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً.

كَانَتْ تِلْكَ صَلاَتَهُ يَسْجُدُ السَّجْدَةَ مِنْ ذَلِكَ قَدْرَ مَا يَقْرَأُ أَحَدُكُمْ خَمْسِينَ آيَةً

قَبْلَ أَنْ يَرْفَعَ رَأْسَهُ.

Maksudnya:
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa solat (malam) sebelas rakaat, demikianlah solat yang baginda lakukan. Baginda melakukan satu kali sujud dari sebelas rakaat itu seperti lamanya seperti salah seorang dari kalian membaca lima puluh ayat sebelum baginda mengangkat kepalanya. - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab at-Tahajjud, no: 1123.

Sujud tersebut dipanjangkan kerana baginda shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyakan doa ketika sujud. Ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ.
Maksudnya:
Saat yang paling dekat bagi seorang hamba untuk berada di samping Tuhannya, ialah ketika dia sujud. Dari itu hendaklah kamu memperbanyakan doa ketika sujud itu. - Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya,Kitab al-Sholaah, no: 482.

Demikianlah beberapa amalan yang sabit datangnya daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sepatutnya kita berusaha untuk mencontohinya demi untuk mencapai kesempurnaan ketika mendirikan solat Tahajjud.


v KESUNGGUHAN RASULULLAH DALAM MELAKSANAKAN SOLAT TAHAJJUD

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang insan yang telah dijamin oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala akan masuk ke syurga. Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam juga merupakan sebaik-baik manusia malah digelarSayyid al-Mursalin iaitu penghulu segala Rasul. Baginda merupakan seorang insan yang maksum dan bebas dari sebarang bentuk dosa. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا

Kemenangan yang dengan sebabnya Allah mengampunkan salah dan silapmu yang telah lalu dan yang terkemudian, dan menyempurnakan nikmatNya kepadamu, serta menambahkanmu hidayah ke jalan yang lurus (dalam mengembangkan Islam dan melaksanakan hukum-hukumnya). – al-Fath (48) : 2

Walaupun dengan kedudukan baginda shallallahu ‘alaihi wasallam yang sebegini sempurna tetapi baginda tetap bersungguh-sungguh dalam mengerjakan solat Tahajjud sehingga bengkak-bengkak kakinya. Isterinya ‘Aishahradhiallahu’ anha melihat sendiri kesungguhan luar biasa baginda ini dan beliau hairan kenapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih ingin bersusah payah melakukan ibadah tersebut sedangkan dia adalah seorang yang maksum. Kisah ini telah disampaikan oleh ‘Aishah radhiallahu’ anha sendiri di dalam sebuah hadis:

أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ.

فَقَالَتْ عَائِشَةُ: لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ.

قَالَ: أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا.

Maksudnya:
Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam solat malam hingga kedua tapak kakinya merekah. ‘Aishah berkata kepada baginda: Mengapa engkau melakukan hal ini wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Baginda bersabda: Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang sangat bersyukur? - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab Tafsir al-Qur’an, no: 4837.

Peristiwa yang sama juga telah dikhabarkan dari al-Mughirah radhiallahu’ anh, dia berkata:

إِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَقُومُ لِيُصَلِّيَ حَتَّى تَرِمُ قَدَمَاهُ أَوْ سَاقَاهُ.

فَيُقَالُ لَهُ فَيَقُولُ: أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا.

Maksudnya:
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berdiri (untuk solat malam) hingga kedua kakinya atau kedua betisnya bengkak. Dikatakan kepadanya maka baginda bersabda: Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang bersyukur? - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab at-Tahajjud, no: 1130.

Sekarang kita bandingkan amalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini dengan diri kita sendiri yang bergelumang dengan dosa dan untung nasib kita di Hari Pengadilan juga belum dipastikan sama ada syurga atau neraka. Kenapa kita tidak mahu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan solat Tahajjud ini? Adakah kita menganggap diri kita sebanding atau lebih baik daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Renungilah akan hal ini dengan mendalam wahai pembaca yang budiman.


v KEUTAMAAN SOLAT TAHAJJUD

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengurniakan pelbagai keutamaan yang besar bagi mereka yang melaksanakan solatTahajjud ini sebagaimana yang akan penulis paparkan di sini.

q Dikurniakan Kedudukan Yang Terpuji.
Mereka yang mengerjakan ibadah pada malam hari akan dikurniakan kedudukan yang terpuji lagi mulia di sisi AllahSubhanahu wa Ta’ala pada hari akhirat kelak yakni dengan menjadi ahlul jannah (ahli syurga). Ini sebagaimana Firman-Nya:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Maksudnya:
Dan bangunlah pada sebahagian dari waktu malam serta kerjakanlah "solat Tahajjud" padanya, sebagai solat tambahan bagimu; semoga Tuhanmu membangkit dan menempatkanmu pada hari akhirat di tempat yang terpuji. - al-Israa’ (17) : 79


إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ

آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Maksudnya:
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa adalah ditempatkan di dalam beberapa taman Syurga, dengan matair-matair terpancar padanya. (Keadaan mereka di sana) sentiasa menerima nikmat dan rahmat yang diberikan kepadanya oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka di dunia dahulu adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Mereka sentiasa mengambil sedikit sahaja masa dari waktu malam, untuk mereka tidur. Dan pada waktu akhir malam (sebelum fajar) pula, mereka selalu beristighfar kepada Allah (memohon ampun). - al-Dzaariyaat (51) : 15-18

q Memudahkan Seseorang Untuk Menjadi Ahli Syurga
Bagi mereka yang mendirikan solat Tahajjud akan memudahkan baginya untuk menjadi ahli syurga.

Daripada ‘Abdullah Ibnu Salam bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ.

Maksudnya:
Wahai manusia, tebarkan salam di antara kalian, berilah makan (kepada mereka yang memerlukannya, sambunglah silaturrahin, dan solatlah pada malam hari pada ketika manusia terlelap dalam tidur, maka kalian akan masuk Syurga dengan damai. – Hadis riwayat Imam Ibnu Majah dalam Sunnannya, Kitab Iqaamah al-Sholaah, no. 1334.

q Dikurniakan Bilik Khas Di syurga Nanti
Di dalam syurga juga terdapat bilik yang khusus bagi mereka yang mengerjakan solat Tahajjud. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ.

فَقَالَ: لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ.

قَالَ: لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ.

Maksudnya:
Sesungguhnya di dalam syurga terdapat bilik-bilik yang bahagian luarnya terlihat dari dalam dan bahagian dalamnya terlihat dari luarnya. Kami bertanya: “Untuk siapakah (bilik-bilik itu) ya Rasulullah?” Sabda baginda: “Kamar-kamar itu Allah sediakan untuk orang yang bercakap dengan lemah lembut, memberikan makanan, senantiasa melakukan ibadah puasa dan mendirikan solat semata-mata kerana Allah pada waktu malam di saat manusia lain sedang tidur.” - Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab al-Bir wa al-Sholaah, no: 1907.

q Membentuk Keperibadian Yang Mulia
Mendirikan solat Tahajjud dapat membentuk keperibadian mulia seperti tawadhu’ (merendah diri), bertakwa, menghindari sikap sombong dan pemurah dengan sedekah jariah.

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

Maksudnya:
Dan hamba-hamba (Allah) al-Rahman (yang diredhai-Nya), ialah mereka yang berjalan di bumi dengan sopan santun, dan apabila orang-orang yang berkelakuan kurang adab, hadapkan kata-kata kepada mereka, mereka menjawab dengan perkataan yang selamat dari perkara yang tidak diingini; dan mereka (yang diredhai Allah itu ialah) yang tekun mengerjakan ibadat kepada Tuhan mereka pada malam hari dengan sujud dan berdiri. - al-Furqaan (25) : 63-64


إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Maksudnya:
Sesungguhnya yang sebenar-benar beriman kepada ayat-ayat keterangan Kami hanyalah orang-orang yang apabila diberi peringatan dan pengajaran dengan ayat-ayat itu, mereka segera merebahkan diri sambil sujud (menandakan taat patuh), dan menggerakkan lidah dengan bertasbih serta memuji Tuhan mereka, dan mereka pula tidak bersikap sombong takbur. Mereka merenggangkan diri dari tempat tidur, (sedikit sangat tidur, kerana mengerjakan solat Tahajjud dan amal-amal soleh); mereka sentiasa berdoa kepada Tuhan mereka dengan perasaan takut (akan kemurkaan-Nya) serta dengan perasaan ingin memperolehi lagi (keredhaan-Nya); dan mereka selalu pula mendermakan sebahagian dari apa yang Kami beri kepada mereka. Maka tidak ada seseorang pun yang mengetahui satu persatu persediaan yang telah dirahsiakan untuk mereka (dari segala jenis nikmat) yang amat indah dipandang dan mengembirakan, sebagai balasan bagi amal-amal soleh yang mereka telah kerjakan. - al-Sajda (32) : 15-17

q Ditinggikan Darjat Bagi Mereka Yang Solat Tahajjud.
Darjat mereka yang mengerjakan solat Tahajjud ini adalah lebih tinggi dari mereka yang tidak mengerjakannya di sisi AllahSubhanahu wa Ta’ala.

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

Maksudnya:
Adakah orang yang berbakti kepada Allah pada waktu malam, bersujud serta berdiri dan takut pada siksa hari akhirat dan mengharap rahmat Tuhannya itu akan sama dengan orang yang tidak sedemikian. Katakanlah lagi (kepadanya): Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna. - al-Z’Umar (39) : 9

q Termasuk Dalam Golongan Yang Dicintai Allah
Bagi mereka yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan solat Tahajjud, mereka termasuk dalam golongan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala

Daripada Abu Dzar, daripada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, baginda bersabda: Ada tiga golongan orang yang dicintai Allah… (yang di antaranya adalah)

رَجَلٌ سَافَرَ مَعَ قَوْمِ فَارْتَحَلُوْا حَتَّى إِذَا كَانَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ وَقَعَ عَلَيْهِمْ الْكَرَى أَوِ النُّعَاسُ

فَنَزَلُوْا فَضَرَبُوْا بِرُؤُوسِهِمْ ثُمَ قَامَ فَتَطَهَّرَ وَصَلَّى رَغْبَةً للهِ عَزَّ وَجَلَّ وَرَغْبَةً فِيْمَا عِنْدَهُ.

Maksudnya:
Seorang yang bermusafir bersama sekelompok orang lalu mereka berangkat hingga apabila tiba waktu akhir malam, mereka mengantuk lalu mereka turun (dari kenderaan) dan tertidur, sementara lelaki itu bangkit lalu berwuduk dan solat kerana cinta kepada Allah, dan cinta pada apa yang berada di sisi-Nya. – Hadis riwayat Imam al-Thabrani dalam al-Sunan al-Kubra

q Mudah Untuk Khusyuk.

Pada malam yang hening lagi damai menyebabkan minda seseorang itu merasa tenang. Lantaran itu solat pada waktu malam sebegini terutamanya ketika sepertiga malam yang akhir memudahkan kita untuk mengerjakannya dengan penuh khusyuk dan bacaan yang lebih baik. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:


إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا

Maksudnya:
Sebenarnya solat dan ibadat malam lebih kuat kesannya (kepada jiwa), dan lebih tetap betul bacaannya.– al-Muzzammil (73) : 6

q Mendekatkan Diri Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Solat Tahajjud dapat mendekatkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menutup kesalahan kita yang lalu serta menghapuskan dosa-dosa kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ

وَمَنْهَاةٌ عَنْ الْإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ.
Maksudnya:
Hendaklah kalian melaksanakan solat malam kerana solat malam itu merupakan kebiasaan orang-orang soleh sebelum kalian, ibadah yang mendekatkan diri kepada Tuhan kalian, serta penutup kesalahan dan penghapus dosa. - Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab al-Da’waat, no: 3472.

Demikianlah beberapa keutamaan yang dapat diperolehi bagi mereka yang mengerjakan solat Tahajjud. Jelaslah bagi kita bahawa untuk mereka yang mengerjakan solat Tahajjud, mereka akan mendapat limpah kurnia daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak ada tolok bandingnya sedangkan bagi mereka yang meninggalkan ibadah yang mulia ini, mereka mengalami kerugian yang amat besar. Sekiranya seseorang itu sedang menghadapi keadaan yang sukar ataupun ditimpa kesusahan maka pohonlah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui solat Tahajjud ini. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika hendak menghadapi perang Badar dan Tabuk yang merupakan satu ujian yang besar bagi umat Islam, baginda telah melakukan solat Tahajjud ini untuk memohon pertolongan serta perlindungan daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Daripada ‘Abdullah bin ‘Amru bin al-‘As:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ غَزْوَةِ تَبُوكَ قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يُصَلِّي

فَاجْتَمَعَ وَرَاءَهُ رِجَالٌ مِنْ أَصْحَابِهِ

Bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan solat malam (Tahajjud) pada saat perang Tabuk, maka para sahabat berkumpul di belakang baginda untuk menjaganya sampai baginda menyelesaikan solatnya dan berpaling menghadapi mereka. – Hadis riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya, no: 6771.

(Penulis: Mohd Yaakub bin Mohd Yunus / Disemak oleh: Ustaz Mohd Fikri Che Hussain)


Read more: http://www.ahmad-sanusi-husain.com/2012/09/panduan-solat-tahajjud-solat-sunat.html#ixzz4VapNtAVs

Asal Usul dan Hukum Memakai Pakaian Hitam Ketika Kematian


Asal Usul

Berpakaian hitam kerana berlaku kematian sudah mahsyur dan menjadi kebiasaan diamalkan olih masyarakat kristian eropah sejak abad pada 19.

Ketika Raja Albert meninggal dunia pada tahun 1861, balunya Ratu Victoria juga mengamalkan tradisi berpakaian hitam ini dan diberitakan Ratu memakainya selama 40 tahun.

Menurut pakar sejarah eropah, berpakaian hitam ketika kematian bermula lebih awal lagi yaitu di abad yang ke 17.

Ketika Inggris diperintah olih Sir Oliver Cromwelll pada 1653-1658, beliau melarang rakyatnya hidup mewah, termasuk dalam soal berpakaian. Kaum wanita dikehendaki memakai gaun labuh yang berwarna hitam.

Ane Holander menyebutkan tiga mazhab kristian katolik yang memakai pakaian hitam ketika kematian samada hitam keseluruhan seperti mazhab Benedictine. Manakala mazhab Augustine dan Dominican memakai hitam dan putih.

Menurut Franco Piponnier dan Perrine Manne dalam buku bertajuk Dress in the Middle Ages, bahawasanya berpakaian hitam ketika berlaku kematian asalnya dari Sepanyol pada abad pertengahan yang kemudian ditiru oleh para masyarakat inggeris dan perancis.

Al-Hafiz Al-Imam As-Suyuthi berkata pada kitabnya “Al-Awa’il” bahwa orang-orang kristian koptik Mesir memakai pakaian berwarna hitam untuk menunjukkan kesedihan dalam masa berkabung bila berlaku kematian dikalangan mereka.

Hukum

Memakai pakaian berwarna hitam bukan sebab berlaku kematian adalah harus kerana Nabi saw pernah memakai pakaian berwarna hitam.

Memakai pakaian hitam kerana meniru budaya orang kafir adalah haram kerana hadith

” مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

artinya “ Sesiapa yang meniru/menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari kalangan mereka “

Berkata Imam ‘Izzuddin bin Abdussalam adalah harus memakai pakaian hitam sebab ia dibolehkan oleh syarak, melainkan jika dalam memakainya adalah kerana meniru/menyerupai orang-orang kafir, maka hukumnya diharamkan.

Imam Ghozali menyebut didalam Ihya 'Ulumuddin bahwa hukum memakai pakaian hitam ketika kematian adalah haram karena termasuk tasyabbuh (menyerupai) dengan cara hidup dan pakaian orang-orang kafir.

Olih itu jika kebetulan kita sedang memakai pakaian berwarna hitam lalu mendengar berita kematian, harus hukumnya terus memakai pakaian tersebut dan harus pula pergi ke tempat berlaku kematian samada kerana mengucapkan takziah atau sembahyang atau mengikut jenazah ke kubur.

Tetapi jika tidak berpakaian hitam lalu menukar pakaian hitam kerana mendengar berita kematian atau kerana hendak ziarah kematian maka hukumnya adalah haram.

Begitu juga haram membuat peraturan kemestian memakai warna hitam bila berlaku kematian atau menyuruh atau berpesan kepada orang lain supaya memakai warna hitam sebab ada berlaku kematian.

wallahua'lam

Dari: Ustaz Azhar Idrus (Original)

Isnin, 9 Januari 2017

NASIHAT TANPA MELUKAI


Ketika seseorang hendak memberikan nasihat hendaklah memperhatikan adab-adabnya krn ia menentukan diterima atau tidaknya nasihat.
Beberapa adab yang perlu diperhatikan adalah sebagaimana berikut ini...
Siapakah yang tak ingin hidayah mengetuk hati orang yang dicintai?
Orang tua, kerabat dekat, rakan, tetangga, dan bahkan orang-orang di luar Islam.
Hidayah yang melembutkan hati yang keras, menyabarkan hati tatkala ditimpa musibah, meredakan kemarahan, menjalin tali yang lama terpisah, menyatukan prinsip syariat sehingga berjalan beriringan dalam satu jalan yang haq menuju jalan yg benar. Pasti banyak orang yang kita inginkan kebaikan terlimpah padanya. Kebaikan yang senantiasa menghiasi diri sehingga melahirkan generasi Rabbani yang senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As Sunnah sesuai pemahaman salafus solih sebagaimana yang diharapkan Rasulullah SAW, sejak berabad yang lalu hingga sekarang, hg kiamat.
Amati teladan Al Fudhail bin Iyadh yang kita kenal sebagai seorang hamba yang solih dan tokoh tauladan bagi umat, dahulunya adalah seorang perompak jalanan yang banyak ditakuti orang. Lalu beliau terketuk hatinya dan mendapat hidayah tatkala mendengar percakapan dua saudagar yang sedang takut kepadanya.
Tak kenalkah dengan Salman Al Farisi? Dahulunya beliau adalah seorang Majusi kemudian beliau mendapatkan hidayah tatkala melihat orang muslim yang sedang solat di gereja. Dan banyak dari kaum muslimin di zaman Nabi yang berbondong-bondong masuk Islam tidak lain karena mulianya dakwah beliau.
Oleh karena itu, mari kita lihat bagaimana Rasulullah SAW beserta orang-orang solih dahulu mengajarkan kepada kita bagaimana adab tatkala memberikan nasihat sehingga membuka pintu-pintu hidayah bagi seseorang.
*Adab Memberi Nasihat*
Beberapa adab yang perlu diperhatikan adalah:
*1. Mengharapkan redha Allah Ta’ala*
Seorang yang ingin menasihati hendaklah meniatkan nasihatnya semata-semata untuk mendapatkan redha Allah Ta’ala krn dengannya dia berhak atas pahala dan ganjaran dari Allah Ta’ala di samping berhak untuk diterima nasihatnya.
Rasulullaah SAW bersabda,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya (dinilai) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya kerana dunia yang hendak diraihnya atau wanita yang hendak dinikahinya, maka (hakikat) hijrahnya itu hanyalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
*2. Tidak dalam rangka memalukan orang yang dinasihati*
Seseorang yang hendak memberikan nasihat harus berusaha untuk tidak memalukan orang yang hendak dinasihati. Ini adalah musibah yang sering terjadi pada kebanyakan orang, saat dia memberikan nasihat dengan nada yang kasar. Cara seperti ini membuahkan keburuk atau memarah keadaan. Akhirnya nasihatpun tak berhasil sebagaimana yang diharapkan.
*3. Menasihati secara rahsia*
Nasihat disampaikan dengan terang-terangan ketika hendak menasihati orang banyak seperti ketika menyampaikan ceramah atau dalam media sosial spt fb, whatsapp dsbnya. Namun kadangkala nasihat harus disampaikan secara rahsia kepada seseorang yang memerlukan penyempurnaan atas kesalahannya. Umumnya seseorang hanya boleh menerimanya ketika dia sendirian dan suasana hatinya baik. Itulah saat yang tepat untuk menasihati secara rahasia, tidak di depan publik spt kuliah, whatsapp group dan media lain. Sebaik manapun nasihat seseorang namun jika disampaikan di tempat yang tidak tepat dan dalam suasana hati yang sedang marah maka nasihat tersebut hanya bagaikan asap yang mengepul dan seketika menghilang tanpa bekas.
Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasihat kepada seseorang, maka mereka menas8hatinya secara rahsia… Barangsiapa yang menasihati saudaranya berduaan saja maka itulah nasihat. Dan barangsiapa yang menasihatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia memalukannya.” (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam)
Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh Zohiri menyebut, “Jika kamu hendak memberi nasihat sampaikanlah secara rahsia bukan terang-terangan atau dengan sindiran bukan terang-terangan. Terkecuali jika bahasa sindiran tidak difahami oleh orang yang kamu nasihati, maka berterus teranglah!” (Al Akhlaq wa As Siyar)
*4. Menasihati dengan lembut, sopan, dan penuh kasih sayang*
Seseorang yang hendak memberikan nasihat haruslah bersikap lembut, sensitif, dan beradab di dalam menyampaikan nasihat. Sesungguhnya menerima nasihat itu diumpamakan seperti membuka pintu. Pintu tak akan terbuka kecuali dibuka dengan kunci yang tepat. Seseorang yang hendak dinasihati adalah seorang pemilik hati yang sedang terkunci dari suatu perkara, jika perkara itu yang diperintahkan Allah maka dia tidak melaksanakannya atau jika perkara itu termasuk larangan Allah maka ia melanggarnya.
Oleh itu, harus ditemukan kunci untuk membuka hati yang tertutup. Tidak ada kunci yang lebih baik dan lebih tepat kecuali nasihat yang disampaikan dengan lemah lembut, diutarakan dengan beradab, dan dengan ucapan yang penuh dengan kasih sayang. Bagaimana tidak, sedangkan Nabi SAW bersabda,
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Setiap sikap kelembutan yang ada pada sesuatu, pasti akan menghiasinya. Dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu, kecuali akan memburukannya. (HR. Muslim)
Fir’aun adalah sosok yang paling kejam dan keras di masa Nabi Musa namun Allah tetap memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun agar menasihatinya dengan lemah lembut.
Allah Ta’ala berfirman,
فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut.” (Toha: 44)
Saudaraku… dan lihatlah tatkala nasihat dilontarkan dengan keras dan kasar maka akan banyak pintu yang tertutup kerananya. Banyak orang yang diberi nasihat justeru tertutup dari pintu hidayah. Banyak kerabat dan karib yang hatinya menjauh. Banyak pahala yang terbuang begitu saja. Dan tentu banyak bantuan yang diberikan kepada syaitan untuk merosakkan persaudaraan.
*5. Tidak memaksakan kehendak*
Salah satu kewajiban seorang mukmin adalah menasihati saudaranya tatkala melakukan keburukan. Namun dia tidak berkewajiban untuk memaksanya mengikuti nasihatnya. Sebab, itu bukanlah bahagiannya. Seorang pemberi nasihat hanyalah seseorang yang menunjukkan jalan, bukan seseorang yang memerintahkan orang lain untuk mengerjakannya. Ibnu Hazm Az Zohiri mengatakan: “Janganlah kamu memberi nasihat dengan mensyaratkan nasihatmu harus diterima. Jika kamu melanggar batas ini, maka kamu adalah seorang yang zalim…” (Al Akhlaq wa As Siyar)
*6. Mencari waktu yang tepat*
Tidak setiap saat orang yang hendak dinasihati itu siap untuk menerima pendangan. Adakalanya jiwanya sedang gundah, marah, sedih, atau hal lain yang membuatnya menolak nasihat tersebut.
Ibnu Mas’ud pernah menyebut “Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak.” (Al Adab Asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih)
Jika seseorang ternyata tak boleh menasihati dengan baik maka dianjurkan untuk diam dan hal itu lebih baik kerana akan lebih menjaga dari perkataan-perkataan yang akan memburukkan keadaan dan dia meminta tolong orang lain agar menasihati orang yang dimaksudkan. Sebagaimana sabda Nabi SAW,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat hendaklah berkata yang baik atau diam…”(HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan pernah putus asa untuk memohon pertolongan Allah krn pada hakikatnya Allah-lah Yang Maha Membolak-balikkan hati seseorang. Meski sekeras apapun hati seseorang namun tidak ada yang mustahil jika Allah berkehendak untuk melembutkan hatinya dan menunjukkan kepada jalan-Nya. Wallaahu Musta’an
Oleh : HBO Almaranji