Isnin, 9 Januari 2017

NASIHAT TANPA MELUKAI


Ketika seseorang hendak memberikan nasihat hendaklah memperhatikan adab-adabnya krn ia menentukan diterima atau tidaknya nasihat.
Beberapa adab yang perlu diperhatikan adalah sebagaimana berikut ini...
Siapakah yang tak ingin hidayah mengetuk hati orang yang dicintai?
Orang tua, kerabat dekat, rakan, tetangga, dan bahkan orang-orang di luar Islam.
Hidayah yang melembutkan hati yang keras, menyabarkan hati tatkala ditimpa musibah, meredakan kemarahan, menjalin tali yang lama terpisah, menyatukan prinsip syariat sehingga berjalan beriringan dalam satu jalan yang haq menuju jalan yg benar. Pasti banyak orang yang kita inginkan kebaikan terlimpah padanya. Kebaikan yang senantiasa menghiasi diri sehingga melahirkan generasi Rabbani yang senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As Sunnah sesuai pemahaman salafus solih sebagaimana yang diharapkan Rasulullah SAW, sejak berabad yang lalu hingga sekarang, hg kiamat.
Amati teladan Al Fudhail bin Iyadh yang kita kenal sebagai seorang hamba yang solih dan tokoh tauladan bagi umat, dahulunya adalah seorang perompak jalanan yang banyak ditakuti orang. Lalu beliau terketuk hatinya dan mendapat hidayah tatkala mendengar percakapan dua saudagar yang sedang takut kepadanya.
Tak kenalkah dengan Salman Al Farisi? Dahulunya beliau adalah seorang Majusi kemudian beliau mendapatkan hidayah tatkala melihat orang muslim yang sedang solat di gereja. Dan banyak dari kaum muslimin di zaman Nabi yang berbondong-bondong masuk Islam tidak lain karena mulianya dakwah beliau.
Oleh karena itu, mari kita lihat bagaimana Rasulullah SAW beserta orang-orang solih dahulu mengajarkan kepada kita bagaimana adab tatkala memberikan nasihat sehingga membuka pintu-pintu hidayah bagi seseorang.
*Adab Memberi Nasihat*
Beberapa adab yang perlu diperhatikan adalah:
*1. Mengharapkan redha Allah Ta’ala*
Seorang yang ingin menasihati hendaklah meniatkan nasihatnya semata-semata untuk mendapatkan redha Allah Ta’ala krn dengannya dia berhak atas pahala dan ganjaran dari Allah Ta’ala di samping berhak untuk diterima nasihatnya.
Rasulullaah SAW bersabda,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya (dinilai) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya kerana dunia yang hendak diraihnya atau wanita yang hendak dinikahinya, maka (hakikat) hijrahnya itu hanyalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
*2. Tidak dalam rangka memalukan orang yang dinasihati*
Seseorang yang hendak memberikan nasihat harus berusaha untuk tidak memalukan orang yang hendak dinasihati. Ini adalah musibah yang sering terjadi pada kebanyakan orang, saat dia memberikan nasihat dengan nada yang kasar. Cara seperti ini membuahkan keburuk atau memarah keadaan. Akhirnya nasihatpun tak berhasil sebagaimana yang diharapkan.
*3. Menasihati secara rahsia*
Nasihat disampaikan dengan terang-terangan ketika hendak menasihati orang banyak seperti ketika menyampaikan ceramah atau dalam media sosial spt fb, whatsapp dsbnya. Namun kadangkala nasihat harus disampaikan secara rahsia kepada seseorang yang memerlukan penyempurnaan atas kesalahannya. Umumnya seseorang hanya boleh menerimanya ketika dia sendirian dan suasana hatinya baik. Itulah saat yang tepat untuk menasihati secara rahasia, tidak di depan publik spt kuliah, whatsapp group dan media lain. Sebaik manapun nasihat seseorang namun jika disampaikan di tempat yang tidak tepat dan dalam suasana hati yang sedang marah maka nasihat tersebut hanya bagaikan asap yang mengepul dan seketika menghilang tanpa bekas.
Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasihat kepada seseorang, maka mereka menas8hatinya secara rahsia… Barangsiapa yang menasihati saudaranya berduaan saja maka itulah nasihat. Dan barangsiapa yang menasihatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia memalukannya.” (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam)
Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh Zohiri menyebut, “Jika kamu hendak memberi nasihat sampaikanlah secara rahsia bukan terang-terangan atau dengan sindiran bukan terang-terangan. Terkecuali jika bahasa sindiran tidak difahami oleh orang yang kamu nasihati, maka berterus teranglah!” (Al Akhlaq wa As Siyar)
*4. Menasihati dengan lembut, sopan, dan penuh kasih sayang*
Seseorang yang hendak memberikan nasihat haruslah bersikap lembut, sensitif, dan beradab di dalam menyampaikan nasihat. Sesungguhnya menerima nasihat itu diumpamakan seperti membuka pintu. Pintu tak akan terbuka kecuali dibuka dengan kunci yang tepat. Seseorang yang hendak dinasihati adalah seorang pemilik hati yang sedang terkunci dari suatu perkara, jika perkara itu yang diperintahkan Allah maka dia tidak melaksanakannya atau jika perkara itu termasuk larangan Allah maka ia melanggarnya.
Oleh itu, harus ditemukan kunci untuk membuka hati yang tertutup. Tidak ada kunci yang lebih baik dan lebih tepat kecuali nasihat yang disampaikan dengan lemah lembut, diutarakan dengan beradab, dan dengan ucapan yang penuh dengan kasih sayang. Bagaimana tidak, sedangkan Nabi SAW bersabda,
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Setiap sikap kelembutan yang ada pada sesuatu, pasti akan menghiasinya. Dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu, kecuali akan memburukannya. (HR. Muslim)
Fir’aun adalah sosok yang paling kejam dan keras di masa Nabi Musa namun Allah tetap memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun agar menasihatinya dengan lemah lembut.
Allah Ta’ala berfirman,
فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut.” (Toha: 44)
Saudaraku… dan lihatlah tatkala nasihat dilontarkan dengan keras dan kasar maka akan banyak pintu yang tertutup kerananya. Banyak orang yang diberi nasihat justeru tertutup dari pintu hidayah. Banyak kerabat dan karib yang hatinya menjauh. Banyak pahala yang terbuang begitu saja. Dan tentu banyak bantuan yang diberikan kepada syaitan untuk merosakkan persaudaraan.
*5. Tidak memaksakan kehendak*
Salah satu kewajiban seorang mukmin adalah menasihati saudaranya tatkala melakukan keburukan. Namun dia tidak berkewajiban untuk memaksanya mengikuti nasihatnya. Sebab, itu bukanlah bahagiannya. Seorang pemberi nasihat hanyalah seseorang yang menunjukkan jalan, bukan seseorang yang memerintahkan orang lain untuk mengerjakannya. Ibnu Hazm Az Zohiri mengatakan: “Janganlah kamu memberi nasihat dengan mensyaratkan nasihatmu harus diterima. Jika kamu melanggar batas ini, maka kamu adalah seorang yang zalim…” (Al Akhlaq wa As Siyar)
*6. Mencari waktu yang tepat*
Tidak setiap saat orang yang hendak dinasihati itu siap untuk menerima pendangan. Adakalanya jiwanya sedang gundah, marah, sedih, atau hal lain yang membuatnya menolak nasihat tersebut.
Ibnu Mas’ud pernah menyebut “Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak.” (Al Adab Asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih)
Jika seseorang ternyata tak boleh menasihati dengan baik maka dianjurkan untuk diam dan hal itu lebih baik kerana akan lebih menjaga dari perkataan-perkataan yang akan memburukkan keadaan dan dia meminta tolong orang lain agar menasihati orang yang dimaksudkan. Sebagaimana sabda Nabi SAW,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat hendaklah berkata yang baik atau diam…”(HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan pernah putus asa untuk memohon pertolongan Allah krn pada hakikatnya Allah-lah Yang Maha Membolak-balikkan hati seseorang. Meski sekeras apapun hati seseorang namun tidak ada yang mustahil jika Allah berkehendak untuk melembutkan hatinya dan menunjukkan kepada jalan-Nya. Wallaahu Musta’an
Oleh : HBO Almaranji

Tiada ulasan:

Catat Ulasan