Khamis, 27 Julai 2017

RAHASIA LISAN DAN HATI PARA WALI


Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Bersungguh-sungguhlah engkau dalam meraih derajat makrifatullah, karena engkau akan menyelam bersama-Nya, kokoh dengan keteguhan diri menuju kepada Allah, serta dengan ilmu-Nya engkau menuju kepada-Nya.

Perkataanmu adalah cermin hatimu. Lisanmu adalah penerjemah hatimu. Jika hati seseorang bercampur-baur banyak perkara, maka dia kadang berkata benar dan kadang berkata salah. Dia tidak dapat mengubah apa yang tersembunyi dalam hati. Jika hati seseorang telah terbebas dari syirik, maka lisannya akan lurus dan benar. Jika dia bersekutu dan mengikuti sifat makhluk, maka dia dapat berubah, terpeleset dan berdusta.

Karena itu, di antara para pembicara, ada orang-orang yang berbicara dari hatinya, ada pula yang berbicara dari rahasianya, dan bahkan ada yang berbicara dari hawa nafsu, setan dan kebiasaan buruknya.

Jika engkau mencintai atau membenci seseorang, janganlah cinta dan bencimu berlandaskan hawa nafsu dari tabiat burukmu, tapi ukurlah dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Jika apa yang engkau cintai sesuai, maka cintailah terus menerus. Demikian pula jika kau membenci pada seseorang. Jika kebencianmu tidak mendatangkan manfaat, maka dekatilah hati orang-orang shaleh dan bertanyalah kepada mereka. Karena hatinya adalah kebenaran. Jika hatinya benar, maka dia akan benar di sisi Allah. Jika hati beramal dengan Al-Qur’an dan Sunnah, maka ia akan menjadi dekat kepada-Nya, serta akan mengetahui hak dan kewajibannya sendiri. Dia tahu apa yang harus ditunaikan untuk Allah dan apa yang harus dilakukan kepada sesuatu selain-Nya.

Jika seorang Mukmin saja mampu memiliki cahaya yang menerangi penglihatannya, apalagi orang-orang yang benar (Shiddiq) dan dekat kepada Allah. Orang Mukmin memiliki cahaya yang digunakan untuk memandang sesuatu, karena Nabi telah memperingatkan tentang ketajaman penglihatannya. Rasulullah SAW bersabda, “Takutlah kepada firasat orang Mukmin, karena dia melihat dengan cahaya Allah.”

Orang yang ‘arif dan dekat kepada Allah, juga diberi cahaya sehingga dapat melihat kedekatan antara dirinya dengan Allah. Dia mampu melihat ruh para malaikat, nabi, hati dan ruh orang-orang shiddiq , serta melihat keadaan dan kedudukan mereka. Selamanya dia bergembira bersama Allah. Dia berpisah dengan makhluk. Di antara mereka ada yang lisan dan hatinya mengetahui. Ada pula yang hatinya mengetahui dan lisan menjadi juru bicaranya. Sedangkan orang munafik, lisannya mengetahui, namun hatinya gagap. Semua ilmunya hanya di mulut saja, sedangkan hatinya buta.”

–Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Al-Fath Ar-Rabbani wa al-Faidh ar-Rahmani

MAHADAYA CINTA DARI SYEKH ABDUL QADIR

Syekh Abdul Qador Al-Jailani mengatakan:
“Betapa banyak Mukmin yang mengatakan, ‘Si Fulan didekatkan, aku dijauhkan. Si Fulan diberi, sedangkan aku tidak. Si Fulan diberi pujian, sedangkan aku dicela. Si Fulan dibenarkan, sedangkan aku didustakan.”

Tidakkah engkau mengetahui sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu. Sesungguhnya Dzat yang Satu itu mutlak bersifat Tunggal dan Esa dalam satu mahabbah-Nya, serta mencintai keesaan dalam Mencintai (mahabbah).

Apabila engkau diberi kedekatan melalui jalan orang lain, akan berkuranglah kecintaanmu kepada-Nya, dan engkau akan terpecah hatinya. Kadang-kadang dalam dirimu terdapat kecenderungan terhadap seseorang yang dalam genggamannya terdapat hubungan dan nikmat. Maka, akan semakin berkuranglah rasa cintamu kepada Allah Subhanahu wa Taala.

Dan, Allah adalah Dzat Yang Maha Pencemburu. Dia tak mau diduakan (disekutui). Maka, Allah akan mencegah dan menghalangi setiap orang selainmu untuk mempunyai hubungan denganmu, mencegah lisanmu, menghalangi kakinya untuk berjalan menuju kepadamu supaya engkau tidak sibuk dengannya.
Tidakkah engkau mendengar sabda Rasulullah SAW, “Hati akan ditarik pada kecintaan orang yang berbuat baik kepadanya.” (HR Abu Naim)

Allah SWT juga pernah berfirman, “Dia akan mencegah setiap makhluk untuk berbuat baik kepadamu dalam semua sisi dan sebab, sampai akhirnya engkau hanya mencintai dan mengesakan-Nya. Dan, engkau menjadi milik-Nya dari semua arah, baik lahirmu maupun batinmu, dan dalam gerakmu atau dalam diammu.

Maka, janganlah melihat kebaikan selain dalam Dzat-Nya, dan melihat keburukan pada selain-Nya. Engkau harus fana dari semua makhluk, semua jiwa, maupun hawa nafsumu sendiri. Begitu juga dari semua keinginan, cita-cita dan semuanya selain Dzat Yang Maha Menciptakan dan menjadi Tujuan Penyembahan kita.

Lalu, Dia akan membuka dan memberikan semua tangan kepadamu, menyerahkan pemberian kepadamu dan memasrahkan semuanya kepadamu.Dia akan menganugerahkan lisan-lisan yang selalu memujimu. Dia akan memberikan karunia kepadamu selamanya. Baik di dunia maupun di akhirat. Maka, janganlah berprilaku buruk!”

--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Futuhul-Ghaib.

WASIAT SYEKH IBNU ATHA'ILLAH TENTANG UMUR & DZIKIR

"Jika engkau telah berusia empat puluh tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal shaleh siang maupun malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah 'Azza wa Jalla semakin dekat. Ibadah yang kau kerjakan saat ini tidak mampu menyamai ibadah seorang pemuda yang tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Bukankah selama ini kau sia-siakan masa muda dan kekuatanmu. Andaikata saat ini kau ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi.

Maka, beramallah sesuai kekuatanmu. Perbaikilah masa lalumu dengan banyak berdzikir, sebab tidak ada amal yang lebih mudah dari dzikir. Dzikir dapat kamu lakukan ketika berdiri, duduk, berbaring maupun sakit. Dzikir adalah ibadah yang paling mudah.
Rasulullah saw bersabda :
وليكن لسانك رطبا بذكر اللّه
Dan hendaklah lisanmu basah dengan berdzikir kepada Allah swt.
Bacalah secara berkesinambungan doa' dan dzikir papa pun yang mudah bagimu. Pada hakikatnya engkau dapat berdzikir kepada Allah swt adalah karena kebaikannya. Ia akan mengaruniamu…..

"Ketahuilah, sebuah umur yang awalnya disia-siakan, seyogyanya sisanya dimanfaatkan. Jika seorang ibu memiliki sepuluh anak dan sembilan diantaranya meninggal dunia. Tentu dia akan lebih mencintai satu-satunya anak yang masih hidup itu. Engkau telah menyia-nyiakan sebagian besar umurmu, oleh karena itu jagalah sisa umurmu yang sangat sedikit itu.

Demi Allah, sesungguhnya umurmu bukanlah umur yang dihitung sejak engkau lahir, tetapi umurmu adalah umur yang dihitung sejak hari pertama engkau mengenal Allah swt.

"Seseorang yang telah mendekati ajalnya ( berusia lanjut ) dan ingin memperbaiki segala kekurangannya di masa lalu, hendaknya dia banyak membaca dzikir yang ringkas tetapi berpahala besar. Dzikir semacam itu akan membuat sisa umur yang pendek menjadi panjang, seperti dzikir yang berbunyi :
سبحان اللّه العظيم وبحمده عدد خلقه ورضانفسه وزنة عرشه ومداد كلماته
Maha suci Allah yang Maha Agung dan segala puji bagi-Nya, ( kalimat ini kuucapkan ) sebanyak jumlah ciptaan-Nya, sesuai dengan yang ia sukai, seberat timbangan Arsy-Nya dan setara dengan jumlah kata-kata-Nya.

Jika sebelumnya kau sedikit melakukan shalat dan puasa sunah, maka perbaikilah kekuranganmu dengan banyak bershalawat kepada Rasulullah saw. Andaikata sepanjang hidupmu engkau melakukan segala jenis ketaatan dan kemudian Allah swt bershalawat kepadamu sekali saja, maka satu shalawat Allah ini akan mengalahkan semua amalmu itu.

Sebab, engkau bershalawat kepada Rasulullah sesuai dengan kekuatanmu, sedangkan Allah swt bershalawat kepadamu sesuai dengan kebesaran-Nya. Ini jika Allah swt bershalawat kepadamu sekali, lalu bagaimana jika Allah swt membalas setiap shalawatmu dengan sepuluh shalawat sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah Hadits Shahih, "Betapa indah hidup ini jika kau isi dengan ketaatan kepada Allah swt, dengan berdzikir kepada-Nya dan bershalawat kepada Rasulullah saw."

Semoga bermanfaat!
Selamat berdzikir.

HAKIKAT SOLAT BERDASARKAN ISRA' DAN MI'RAJ



Dalam Isra dan Mi’raj Nabi صلى الله عليه وآله وسلم telah diperjalankan dari Mekah ke Baitul Muqaddis hingga ke Sidratul Muntaha. Dalam solat, kita juga melakukan isra’ dan mi’raj 5 kali sehari semalam. Apakah isyarat peristiwa ini dengan solat yang kita lakukan?

Mekah ketika itu yang dipenuhi patung-patung berhala ditafsirkan ulama sufi sebagai jasmani, tempat yang penuh zulmah. Dari Mekah berpindah ke Baitul Muqaddis yang menjadi tempat Nabi صلى الله عليه وآله وسلم mengimamkan solat yang para Nabi dan Rasul menjadi makmumnya, yakni berpindah dari alam jasmani ke alam rohani. Kemudian berpindah ke Sidratul Muntaha menghadap Allah dengan makna rohani itu bermuraqabah dan bermusyahadah dengan Allah.

Maka dalam solat kita, mesti isra’kan iaitu isra’kan jasmani menjadi rohani dan kita mesti mi’rajkan rohani ke Sidratul Muntaha dalam bermusyahadah dengan Allah. Kalau tiada lakukan hal tersebut maka ia dikatakan solat syariat yang tiada hakikat, maka solat demikian tiada nilai di sisi Allah. Tanda ditolak Allah ialah solatnya itu tak ubah sifat batin dan akhlaknya, walaupun ia dilakukan dengan rajin dan penuh tekun. Solat tanpa hakikat rohani itu tiada mendatangkan cahaya pada qalbinya menyebabkan tidak berlaku perubahan dirinya, bahkan ia semakin jauh dari Allah.

Allah berfirman :

“… Sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45)

Nabi صلى الله عليه وآله وسلم bersabda :

“Siapa yang dengan solatnya tidak dapat mencegah fahsya’ dan munkar, tidak akan bertambah daripada Allah melainkan semakin jauh dariNya.“(Riwayat Tabrani dari Ibnu Abbas)

Bila kita takbiratul ihram, “Allahu Akbar” bermakna kita telah berpindah dari alam jasmani ke alam rohani. Maksudnya selepas takbir, kita tidak dibenarkan lagi melakukan pekerjaan jasmani, tiada boleh makan, minum dan lain-lain perbuatan badaniah. Adapun qalbi tiada boleh lagi mengingati hal-hal duniawi, akal juga tiada boleh berkhayal kepada perkara-perkara lain, kerana kita sudah berpindah dari jasmani kepada rohani, dari alam dunia ke alam rohani untuk muraqabah dan musyahadah dengan Allah.

Hakikat Solat Berdasarkan Isra' Mi'raj - (2)
Sambungan dari bahagian (1)

Sebab itu setengah ulama menyatakan kalau lapar atau mengantuk masa nak solat, disunatkan makan atau tidur dahulu. Ini supaya hal-hal jasmani tiada menganggu urusan rohani masa solat nanti.

Oleh itu, bila sampai waktu solat bersungguh-sungguhlah kita untuk jalankan rohani kepada Allah. Niat betul-betul dalam hati, tiada lain dalam batin, melainkan untuk jalankan rohani kepada Allah, supaya rohani tiada terbelenggu di alam dunia.

Jasmani memang tempatnya di alam dunia, adanya makan dan minum, adanya ahli keluarga, pekerjaan dan sebagainya, tapi rohani itu tiada memiliki apa-apa, ia yatim piatu dan hanya ada Allah. Ia tak perlukan semua yang diperlukan jasmani itu, tapi hanya perlukan Allah!

Maka jika seorang itu tidak menjalankan rohaninya kepada Allah, maka ia akan menderita kerana telah melupakan satu diri lagi dalam dirinya, iaitu diri rohani. Bila terlupa begitu, maka ia akan hidup, bekerja siang dan malam untuk kesedapan jasmani semata-mata… mahu makan yang sedap, tidur, rumah besar, kenderaan mahal, kemewahan dan memuaskan syahwatnya semata-mata. Itulah matlamat yang dikejarnya sehinggalah nanti bila mati baru ia tersedar hakikat sebenar.

Apabila mati, kita akan ditanam di suatu tempat yang sempit dan tidak selesa pada jasmani (kubur). Sebab itu jangan tumpukan jasmani lebih dari rohani kerana kalau rohani mendapat kenikmatan maka jasmani dengan sendirinya akan beroleh kenikmatan juga.

Sistem pendidikan kita hari ini, dari peringkat tadika hinggalah ke peringkat tinggi, semuanya mengejar matlamat untuk kepuasan jasmani. Pelajaran dan pendidikan agama bukan keutamaan, malah tidak menjadi syarat wajib untuk mendapat pekerjaan. Lebih malang lagi ada di kalangan masyarakat yang melihat dengan adanya sijil dan kelulusan tinggi itu akan menjamin masa depan, kalau belajar agama, belajar di pondok nanti akan susah, tiada kerja dan hidup susah.

Maka hiduplah masyarakat dengan nilai-nilai Barat, sistem kepercayaan dan mentaliti Barat yang tiada roh tauhid. Walaupun kita solat, puasa, zakat dan buat haji/umrah, tapi kehidupan kita hakikatnya jauh dari nilai-nilai rohaniah atau nilai-nilai alam langit.

Begitu jauhnya dengan alam rohani… di mana dalilnya? Solat mereka tidak mencapai khusyuk, tiada ruh. Ia solat tapi terikat di alam jasmani, dicengkam tarikan duniawi, haiwani dan syaitaniah. Hanya zahir ia bertakbir, tapi rohaninya ditarik graviti duniawi, khayal kepada perkara duniawi, urusan pekerjaan dan lainnya. Ia tiada ‘terbang’ ke alam rohani, alam muraqabah dan musyahadah dengan Allah, sepertimana Nabi صلى الله عليه وآله وسلم berhadap dengan Allah di Sidratul Muntaha. Solatnya tak sampai ke Sidratul Muntaha, sedangkan solat itu diterima Nabi صلى الله عليه وآله وسلم di alam sana.

Solat adalah satu-satunya ibadah yang diterima Nabi صلى الله عليه وآله وسلم di Sidratul Muntaha, adapun yang lain diterima melalui wahyu di bumi ini. Justeru apakah isyarat dari Allah akan hal ini? Ia ibarat Allah menyatakan,

“Wahai HambaKu, 5 kali sehari hendaklah engkau tinggalkan jasadmu, tinggalkan segala urusan duniamu, marilah berhadap kepadaKu..”

Jika solat kita masih di alam jasmani, dibelenggu graviti duniawi, amat bahaya ketika kita nak mati nanti, boleh mati dalam azab. Ini kerana ketika ruh diperintah meninggalkan jasad, maka jasmani akan mencengkam rohani kita hingga boleh mendatangkan azab dan kesakitan yang amat sangat.

Tapi sekiranya kita sudah boleh mencapai khusyuk dalam solat, insya Allah perjalanan rohani ketika sakaratul maut akan menjadi mudah kerana jasmani tiada lagi mengikat rohani. Sebab itulah dikatakan solat itu, ‘kamu mati sebelum mati’.

Dalam solat juga kita diwajibkan menghadap kiblat, tangan diletakkan di perut (antara dada dan pusat). Zahir menghadap Kaabah, batin berhadap kepada Allah.

Keadaan tangan itu juga melambangkan kita mati, lalu hendaklah dipulangkan segala amanah kepada Empunyanya. Segala kudrat, iradat, ilmu, hayat dan sebagainya itu dikembalikan kepada Haq Allah SWT. Kita kembali kepada sifat kehambaan yang tiada memiliki apa-apa, la haula wala quwwata illa bilLahil ‘aliyyil ‘adzim.. hamba yang lemah, faqir, hina dan dhaif.

Justeru, perkara solat ini tidak boleh dipandang ringan. Baik dan buruk umat Islam kekuatannya pada solat. Maka melihat kepada pentingnya solat ini, untuk jalankan rohani kepada Allah, ulama tasawuf dan ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah khususnya di Nusantara ini telah wajibkan kepada murid-murid mereka akan ilmu tarekah.

Apa itu ilmu tarekah? Ia adalah ilmu atau kaedah untuk menjalankan hatimu kepada Allah, untuk buangkan belenggu-belenggu dunia dalam hati. Bagaimana nak dilakukan itu? Ialah dengan perbanyakkan zikrullah, menyebut sebanyak-banyak dalam hati akan zikir “Allah, Allah, Allah”..[1] sehingga dunia itu tercabut dari hatimu, zulmah (kegelapan) akan hilang, nafsu-nafsu yang mencengkam akan lemah, kerana nafsu itu menjadi tunggangan syaitan.

Ini samalah dengan merawat orang terkena jin. Kita membacakan ayat-ayat al-Quran dan zikir-zikir tertentu kepadanya untuk melemahkan atau membuang jin itu dari tubuh pesakit. Maka cara yang sama juga dilakukan untuk membuang jin/syaitan yang ada di dalam hati.

Maka dalam sufi, hakikat isra’ dan mi’raj itu ialah dizikirkan hati (diangkat rohani) dari hati yang ghaflah (lalai) menjadi hati yang sentiasa ingat kepada Allah. Diajarkan zikir “Allah, Allah, Allah” pada qalbi sebanyak-banyak walau tanpa khusyuk sekalipun. Rasa lazat atau manis itu bukanlah matlamat, yang penting untuk kekalkan ingatan dulu kepada Allah.

Bila dah kekal ingatan kepada Allah, dengan sendirinya akan datangkan raza lazat (zauk), asyik, cinta, rindu dan khusyuk. Dengannya hatimu akan ada nur muraqabah yakni dapat melihat Af aluLlah pada setiap apa yang ada di depanmu, sehingga sampai kepada musyahadah. Jadi bila hati dah sampai pada muraqabah dan musyahadah (Ihsan)[2] maka inilah yang dibawa dalam solat (khusyuk).

Untuk mencapai musyahadah ini perlulah melalui latihan dalam tarekah, jika tak melaluinya maka akan sukar untuk hati itu mencapai musyahadah, melainkan orang itu dikurniakan Majzub[3] oleh Allah. Adapun kita orang awam perlulah melalui sistem tarekah ini sebagaimana yang disusun ulama sufi muktabar nusantara.

1. “Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak meninggikan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” Surah 7: Al A’raf, Ayat 205

2. "... Ihsan itu bahawa engkau mengabdikan diri kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatNya, Dia tetap melihat engkau..." (petikan dari hadis yang panjang riwayat Muslim)

3. Menurut istilah tasawuf majzub ialah “Manusia yang ditarik oleh Allah kepada alam yang lain dari keadaan biasa”. Ia juga disebut “sukr” iaitu mabuk yang dialami oleh seorang sufi. Ada dikalangan majzub ini yang memperolehi ilmu tanpa belajar dan berguru. Hal ini jarang berlaku tetapi disitulah sifat Harus bagi Allah untuk mengangkat sesiapa yang dikehendakiNya. Mungkin doa dari para auliya’ atau ibu bapa, datuk, nenek dan sebagainya atau ada kebajikan yang dilakukan (oleh si majzub tadi) yang besar nilainya pada pandangan Allah, atau hatinya sentiasa baik sangka dengan Allah.

Syaikh Ahmad Fathani rahimahullah membahagikan golongan majzub kepada tiga golongan, iaitu :
a. Golongan yang ditarik kepada beberapa hal yang mulia dan beberapa maqam yang tinggi didalam masa yang singkat serta dihilangkan akalnya sehinga ia tidak sedar lagi di alam ini. Majzub inilah yang disebut oleh Syaikh Muhammad Abil Mawahib Asy-Syazili :
“Bermula murid itu berjalan atas yang lurus dan majzub itu pada sisi kaum sufiah adalah mandul.”

Mereka ini sentiasa dalam keadaan fana’, tiada boleh diambil pelajaran daripadanya sama ada perkataan dan perbuatannya. Mereka akan bercakap dengan apa yang diperlihatkan oleh Allah pada mereka sehingga kadangkala membuka dan menjatuhkan keaiban orang yang bertemunya.

b. Golongan yang dikembalikan kesedaran dan diturunkan ia daripada satu maqam kepada satu maqam sehingga memiliki baginya ilmu Allah dan sampai kepada puncak fana’ fiLlah dan baqa’’ biLlah.

c. Golongan yang tiada dilenyapkan daripada akalnya sekali-kali. Golongan ini disebut oleh Syaikh Muhammad Abil Mawahib asy-Syazili sebagai “Majzub yang jaga ia, afdhal daripada majzub yang dihapuskan dengan sifat Tuhan.”

Untuk memimpin murid, golongan majzub perlu kembali pada salik iaitu memiliki ilmu dan mengamalkannya mengikut disiplin tariqah tasawuf, wajib mempunyai syaikh untuk dibimbing atau sentiasa merujuk segala hal ehwal rohaninya (kepada syaikh mursyid) agar segala kedapatan rohaninya adalah benar, sehingga ilmunya benar-benar mantap, sama ada yang zahir atau yang batin. Wallahu 'alam.

Dari:ihsan daurah rohani


Rabu, 12 Julai 2017

3 Doa Jibril Yang Nabi SAW Aminkan Ketika Baginda Menaiki Mimbar


Replika mimbar Nabi sallAllahu `alaihi wa sallam.

Ada satu peristiwa ganjil terjadi kepada Rasulullah sallAllahu `alaihi wa sallam ketika Baginda menaiki minbar. Para sahabat ketika itu dapat melihat dan mendengar Baginda menyebut “amin” sebanyak tiga kali. Ia suatu yang agak pelik lalu menyebabkan para sahabat bertanya.

Peristiwa tersebut ada diriwayatkan di dalam hadith seperti berikut:

أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم صعِد المِنبَرَ فقال : ( آمينَ آمينَ آمينَ ) قيل : يارسولَ اللهِ إنَّكَ حينَ صعِدْتَ المِنبَرَ قُلْتَ : آمينَ آمينَ آمينَ قال : ( إنَّ جِبريلَأتاني فقال : مَن أدرَك شهرَ رمضانَ ولَمْ يُغفَرْ له فدخَل النَّارَ فأبعَده اللهُ قُلْ :آمينَ فقُلْتُ : آمينَ ومَن أدرَك أبوَيْهِ أو أحَدَهما فلَمْ يبَرَّهما فمات فدخَل النَّارَ فأبعَده اللهُ قُلْ : آمينَ فقُلْتُ : آمينَ ومَن ذُكِرْتَ عندَه فلَمْ يُصَلِّ عليكَ فمات فدخَل النَّارَ فأبعَده اللهُ قُلْ : آمينَ فقُلْتُ : آمينَ

Bahawa Nabi sallAllahu `alaihi wa sallam sedang menaiki minbar lalu Baginda berkata: “amin, amin, amin”.

Maka para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau apabila sedang menaiki minbar engkau telah berkata “amin, amin, amin”.”

Baginda bersabda: “Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku lalu dia berkata: “Sesiapa yang sempat dengan bulan Ramadhan dan tidak diberikan keampunan kepadanya lalu dia masuk ke Neraka, maka ALLAH akan menjauhkannya (dari rahmatNYA). Katakanlah “amin”. Lalu aku pun berkata “amin”. Dan sesiapa yang sempat hidup dengan ibubapa atau salah satu dari mereka berdua dan dia tidak berbuat baik kepada mereka berdua lalu dia mati, lalu masuk ke Neraka, maka ALLAH akan menjauhkannya (dari rahmatNYA). Katalah “amin”. Lalu aku pun berkata “amin”. Dan sesiapa yang mendengar namamu disebut di sisinya dan dia tidak bersolawat ke atasmu, lalu dia mati, lalu masuk ke Neraka, maka ALLAH akan menjauhkannya (dari rahmatNYA). Katalah “amin”. Lalu aku pun berkata “amin”. “

(Perawi hadith ini ialah Abu Hurairah radhiAllahu `anhu. Hadith ini ada di dalam Sahih Ibnu Hibban dan disahihkan oleh al-Albani di dalam Sahih at-Targhib)

Ada tiga perkara penting yang perlu diberikan perhatian dari hadith di atas, iaitu:

1) Kepentingan mendapat keampunan daripada ALLAH Subhanahu wa Ta`ala pada bulan Ramadhan.

Justeru, antara perkara utama yang wajar kita lakukan sepanjang Ramadhan ialah memohon keampunan daripada ALLAH sebanyak-banyaknya. Panjatkanlah harapan dan permintaan agar ALLAH ampunkan segala dosa kita samada yang diketahui atau pun yang kita tidak sedar. Bahkan dalam beberapa hadith ada disebut tentang ganjaran pengampunan dosa bagi sesiapa yang beribadah sungguh-sungguh pada bulan Ramadhan. Hal itu ada disebutkan di dalam tulisan yang lalu iaitu:

RAMADHAN: Perbanyakkan Mohon Keampunan & Kembalilah Kepada ALLAH
‘Imaanan Wa Ihtisaaban’

2) Kepentingan berbuat baik kepada ibubapa.

Jika ibubapa kita masih hidup atau salah seorang dari mereka masih hidup, maka berbuat baiklah kepada mereka. Berbuat baik kepada ibubapa merupakan lesen besar untuk kita dapat rahmat ALLAH lalu memasukkan kita ke dalam Syurga. Betapa ruginya bagi sesiapa yang masih mempunyai ibubapa atau salah seorang mereka tetapi mengabaikan tuntutan ini. Pengabaiannya akan membuatkan kita jauh dari rahmat ALLAH di dunia dan di akhirat. Tulisan berikut ada menyentuh perihal berbuat baik kepada ibubapa:

Oh Muslim, Bahagiakanlah Ibumu.

3) Kepentingan mengucapkan solawat ke atas Nabi Muhammad sallAllahu `alaihi wa sallam ketika mendengar nama Baginda disebut.

Nabi Muhammad sallAllahu `alaihi wa sallam adalah insan terpilih yang menjadi Utusan ALLAH `Azza wa Jalla. Dengan sebab Bagindalah kita semua dapat menemui hidayah dan taufiq ALLAH lalu menjadi muslim, alhamdulillah. Sewajarnya kita sebagai ummat Baginda memuliakan insan paling mulia ini. ALLAH Ta`ala menyuruh sekalian orang mukmin supaya bersolawat ke atas Nabi Muhammad. Maka, sewajibnya kita selalu bersolawat ke atas Baginda terutama ketika mendengar nama Nabi Muhammad disebut. Apatah lagi setelah mengetahuinya dari hadith di atas. Suruhan dan kelebihan bersolawat serta amaran bagi sesiapa yang tidak bersolawat ke atas Baginda ada disenaraikan di dalam tulisan berikut:

Keutamaan Solawat Ke Atas Rasulullah SAW

Itulah inti doa Jibril yang di’amin’kan oleh Nabi Muhammad sallAllahu `alaihi wa sallam. Bayangkan betapa mustajab dan pentingnya doa tersebut. Ia didoakan oleh Jibril, suatu makhluq mulia yang hampir dengan ALLAH lalu di’amin’kan pula oleh insan ma`sum yang terpelihara dari dosa. Allahu Akbar!

Semoga dengan menghayati hadith tersebut, kita menjadi insaf lalu memuhasabah diri akan 3 perkara yang disebut itu, in shaa’ ALLAH. Kepada ALLAH lah kita pohon akan hidayah dan taufiq, amin…
Sumber dari:
www.muzir.wordpress.com

Selasa, 11 Julai 2017

Dosa yang sering dilakukan oleh isteri terhadap suami



8 Dosa yang Paling Banyak Dilakukan Isteri Pada Suami.....

no 7 ramai para isteri zaman sekarang yang buat (lakukan)

Para wanita yang bergelar isteri sekelian, sebagai seorang isteri sering tanpa sedar anda melakukan tindakan berdosa terhadap suami, bahkan menganggap dosa tersebut adalah hal biasa saja. Pada hal syurga dan neraka isteri ada pada redho suaminya.
 Semoga daftar dosa yang paling sering dilakukan oleh isteri ini dapat di hindari agar terjauh dari kebencian dan laknat Allah.

  1. Menafikan Kebaikan Suami 
"Diperlihatkan neraka kepada ku dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita,mereka kufur." Para sahabat bertanya: "Apakah disebabkan kufurnya mereka kepada Allah?"
Rasulullah menjawab:"(Tidak), mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada kebaikan. Seandainya seorang suami berbuat kebaikan kepada isterinya selama setahun, kemudian isterinya melihat sesuatu yang buruk pada suaminya, maka dia mengatakan, "aku tiak pernah melihat kebaikan pada diri mu sedikitpun".

     2. Tidak Menghormati Keluarga Suami

Seorang suami harus berlaku lembut pada isterinya, namun demikian isteri pun wajib bersikap lembut pada keluarga suaminya. Jangan sampai isteri memonopoli suaminya hingga bahkan Ibu an ayahnya sendiri tidak menapat hak mereka terhadap anak lelaki mereka. Dalam sebuah hadith sahih, diriwayatkan bahawa Aishah ra bertanya kepada Rasulullah SAW: "Siapakah berhak terhadap seorang wanita?" Rasulullah menjawab, "Suaminya (apabila sudah menikah). Aishah ra bertanya lagi, "Siapakah yang berhak terhadap seorang lelaki?' Rasulullah menjawab Ibunya". (HR.Muslim)

Seorang sahabatn Jabir ra menceritakan: Suatu hari datang seorang lelaki kepada Rasullah SAW, ia berkata,"Ya Rasulullah, saya memiliki harta an anak, dan bagaimana jika ayah saya menginginkan (meminta) harta saya itu?" Rasulullah menjawab, "Kamu dan harta kamu adalah milik ayah kamu".
(HR. Ibnu Majah dan At-Thabani)

     3. Keluar Rumah Tanpa Izin Suami 

Termasuk berpergian jauh ditemani oleh mahramnya. "Seorang wanita tidak boleh berpergian jauh kecuali bersama mahramnya". Hadith ini menyangkutkan semua bentuk safar. Wallahu a'lam. (Syrarh Muslim 9/103 dengan sedikit perubahan).

     4. Menolak Ajakan Suami berhubungan

Rasulullah SAW bersabda:"Apabila suami mengajak isterinya ketempat tidurnya kemudian isterinya menolak untuk datang lalu suaminya itu tidur semalaman dalam keadaan marah kepada isterinya, maka isterinya itu di laknat oleh Malaikat hingga ke subuh." (HR.Ahmad , Bukhari dan Muslim)

     5. Berhias Bukan Untuk Suami

"Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah...."(QS. Al-Ahzab 33)

      6. Mengungkit-ungkit Kebaikan Dirinya Terhadap Suami

Bukan sedikit isteri yang mengungkit-ungkit kebaikan atas bahkan darjat dirinya di hadapan suaminya sehingga menyakiti dan merendahkan suaminya, hal ini merupakan perkara yang amat besar dosanya.

Abu Dzar ra meriwayatkan, bahawasanya Nabi Salallahu "Alaihiwasalam bersabda," Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tidak akan memandang mereka di hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk merek azab yang pedih."Abu Dzar ra berkata," Rasulullah SAW mengatakannya sebanyak tiga kali". Lalu Abu Dzar bertanya,"Siapa kah mereka yang rugi itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,"orang yang menjulurkan kain sarungnya kebawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu untuk menjual." (HR Muslim)

     7. Membangkang Terhadap Suami (Nusyuz)

Ibnu Katsir ra berkata, "Nusyuz adalah meninggalkan perentah suami, menentangnya dan membencinya." (Tafsir Al-Quran Al 'Azim, 4: 24). "Wanita-wanita yang kami khuatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka ditempat tidur mereka, dan pukullah mereka, dan jika mereka mentaati kamu, maka jangan kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."(QS. 4:34)

      8. Mengugut Cerai Tanpa Alasan Syar'i

"Wanita mana saja yang meminta kepada suaminya untuk di ceraikan tanpa kondisi mendesak maka haram baginya bau Syurga".(HR Abu Daud no 2226, At-Turmudzi 1187)

sumber dari:http://www.ummi-online.com