Khamis, 28 Februari 2013

Ada Orang yang Tidak Mau Masuk Surga, Siapa Dia?


Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Lumrahnya setiap orang ingin masuk surga. Bahkan bisa jadi seorang penjahat saat ditanya, "maukah kamu masuk surga," maka jawabannya juga mau. Namun RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan ada orang yang tidak mau masuk surga.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
"Setiap umatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan. Mereka (para sahabat) bertanya, 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang enggan masuk surga itu?' beliau menjawab, "Siapa yang mentaatiku ia masuk surga dan siapa yang mendurhakaiku suggu ia telah enggan masuk surga." (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Maknanya, setiap umat beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam –kita termasuk di dalamnya- yang menaati beliau dan mengikuti jalan hidupnya pasti akan masuk surga. Sedangkan siapa yang tidak mau mengikuti beliau sungguh ia orang yang enggan masuk surga. Hal ini karena surga ada jalannya dan memiliki sebab-sebab yang harus diusahakan. Siapa yang menempuh jalannya dan mengusahakan sebabnya maka ia akan sampai kepada surga. Jalan dan sebab tersebut adalah mengikuti jalan hidup Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan menaati beliau.
Orang yang mengikuti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah orang yang mentauhidkan Allah, istiqamah di atas syariat yang beliau bawa, mendirikan shalat, menunaikan zakat, bepuasa Ramadhan, birrul walidain, menjauhi larangan-larangan Allah berupa zina, minum minuman memabukkan, dan selainnya; maka orang seperti ini akan masuk surga. Kenapa, karena ia telah mengikuti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Adapun orang yang tidak bersedia mengikuti jalan hidup Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak mau mentaatinya serta tidak mau tunduk kepada ajaran yang beliau bawa maka orang ini telah menolak atau enggan masuk surga. Artinya, orang ini telah enggan masuk surga dengan amal-amal buruknya. Inilah makna hadits yang dijelaskan Syaikh Ibnu Bazzrahimahullah.
. . . orang yang tidak bersedia mengikuti jalan hidup Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan tidak mau mentaatinya serta tidak mau tunduk kepada ajaran yang beliau bawa maka orang ini telah menolak atau enggan masuk surga . . .
Orang yang Akan Masuk Surga
Menaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan mengikuti jalan hidupnya akan menghantarkan seseorang kepada jannah Allah Ta'ala. Karena siapa yang mentaati beliau pasti ia mentaati Allah Ta'ala. Sebabnya,  karena beliau hanya menyampaikan wahyu dari Allah dan bukan dari hawa nafsunya sendiri. Maka Allah firmankan,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
"Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah." (QS. Al-Nisa': 80
Kita temukan dalam banyak ayat, orang-orang yang akan masuk ke jannah. Yaitu orang yang menyerahkan diri kepada Allah untuk tunduk patuh kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua ini merupakan inti dari dakwah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
"Dan siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun." (QS. Al-Nisa': 124)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab." (QS. Ghaafir: 40)
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا
"Kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun." (QS. Maryam: 60)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Ahqaaf: 13-14), ayat-ayat serupa masih sangat banyak.
Maka siapa yang mau tunduk ibadah kepada Allah semata, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya maka mereka itulah yang benar-benar menaati RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam sehingga mereka akan menjadi penghuni surga. Semoga Allah memasukkan kita semua dalam bagian ini. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Makna Cinta Pada Allah

by Shafi-Q

بِسۡـــــــــمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمِ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّد وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Allah7.
Apa dia makna cinta pada Allah?
 .
Ia adalah perasaan apabila antum melakukan sesuatu bagi mendapatkan Perhatian Allahسبحانه وتعالى, CintaNya, KeredhaanNya dan juga untuk meraih laba RahmatNya supaya kehidupan antum berkat sentiasa.

Orang yang cinta pada Allah سبحانه وتعالى biasanya sanggup melakukan sesuatu secara rela dan percuma sebab dia mahu perbuatannya itu mendapat perhatian Allah  سبحانه وتعالى.
Orang sebegini berkasih sayang kerana Allah  سبحانه وتعالى, mencintai kekasih hatinya kerana Allah, bekerja kerana Allah, menolong orang kerana Allah, bersahabat kerana Allah, menggembirakan seseorang kerana Allah, berbakti kepada ibu bapa kerana Allah, belajar kerana Allah, berniaga kerana Allah سبحانه وتعالى.
Dia tidak melakukan semua itu kerana nama dan wang tapi untuk berbakti setulus hati. Dia menyumbang bakti pada orang sekeliling supaya Allah سبحانه وتعالى kasih kepadanya. Dia menjaga hubungannya dengan Allah سبحانه وتعالى melalui yang fardhu, dia menjaga hubungannya dengan orang sekeliling melalui sentiasa berbuat kebaikan. Dia adalah seorang yang baik di hati, pada perbuatan, pada kata-kata dan di dalam fikirannya.
.
Allah سبحانه وتعالى berfirman :

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّـهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ

“Dan tidak ada yang lebih baik agamanya daripada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah (dengan ikhlas), sedang ia berusaha mengerjakan kebaikan.”  (Surah An-Nisa’ : Ayat 125)
.
Cinta pada Allah سبحانه وتعالى tidak hanya dengan duduk di dalam masjid, banyak membaca Al-Quran, berzikir, berpuasa, menunaikan umrah, beriktikaf atau bersolat sunat. Semua itu hanya luaran. Allah سبحانه وتعالى hanya akan memandang keikhlasan hati antum.
Ini samalah seperti kita mahu mendapat perhatian orang yang kita cinta. Apabila hati sudah suka pada seseorang, pasti antum berhabis untuk mendapat perhatiannya. Antum sentiasa belikan hadiah, berkirim salam, mengutus surat cinta, meng’add’ dia di Facebook, bertanya pada ID Twitter dia, bertanya apa nombor telefon dia supaya antum boleh hantar sms padanya untuk menyatakan rasa cinta padanya.
Untuk apa antum solat selain dari menunaikan suruhannya? Untuk apa antum bersolat selain dari menunaikan kewajipan? Jawapannya, bersolatlah kerana antum mahu menambah rasa ketakwaan pada Allah سبحانه وتعالى, supaya Allah سبحانه وتعالى sayang, supaya antum menonjol di kalangan hamba-hambaNya yang lain. Rasa takwa adalah rasa apabila antum mahu melakukan sesuatu kerana mahu mendapat perhatian Allah, سبحانه وتعالى bila sudah buat, antum rasa cukup puas hati.
Bila antum tolong orang dengan niat mahu menambah rasa takwa, kesannya antum akan menolong sehabis baik didorong oleh fikiran positif sebab mahu melihat orang yang antum tolong itu jadi gembira menjalani kehidupannya. Antum berharap moga dengan kegembiraan yang orang tu perolehi, Allah سبحانه وتعالى melihat apa yang antum lakukan lantas melihat antum sebagai seorang yang layak untuk mendapat kasih sayangnya.
Apa petanda kasih sayang Allah سبحانه وتعالى?
  • Rezeki antum dimurahkan
  • Wajah sentiasa ceria
  • Hidup dibahagiakan
  • Masalah dikurangkan
  • Pergaulan diperluaskan
  • Urusan dipermudahkan
  • Segala perkara yang diakukan akan menjadi lancar.
 .
Cinta kepada bunga, bunga akan layu. cinta kepada manusia, manusia akan mati… tetapi cinta kepada Allah سبحانه وتعالى adalah cinta yang kekal dan abadi.
.
.
والله أعلم بالصواب
Wallahu A’lam Bish Shawab
 (Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)
.

وَالسَّلاَمْ

Ahad, 3 Februari 2013

ANJURAN HUBUNGAN INTIM PADA MALAM JUMAAT




Di kalangan awam, terjadi pemahamann bahwa pada malam Jum’at itu disunnahkan. Bahkan inilah yang dipraktekkan. Memang ada hadits yang barangkali jadi dalil, namun ada pemahaman yang kurang tepat yang dipahami oleh mereka.
Dari Aus bin Aus, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَغَسَّلَ ، وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ ، وَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ ، كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا

Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at dengan mencuci kepala dan anggota badan lainnya, lalu ia pergi di awal waktu atau ia pergi dan mendapati khutbah pertama, lalu ia mendekat pada imam, mendengar khutbah serta diam, maka setiap langkah kakinya terhitung seperti puasa dan shalat setahun.” (HR. Tirmidzi no. 496. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Ada ulama yang menafsirkan maksud hadits penyebutan mandi dengan ghosala bermakna mencuci kepala, sedangkan ightasala berarti mencuci anggota badan lainnya. Demikian disebutkan dalam Tuhfatul Ahwadzi, 3: 3. Bahkan inilah makna yang lebih tepat.

Ada tafsiran lain mengenai makna mandi dalam hadits di atas. Sebagaimana kata Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad,

قال الإمام أحمد : (غَسَّل) أي : جامع أهله ، وكذا فسَّره وكيع

Imam Ahmad berkata, makna ghossala adalah menyetubuhi istri. Demikian ditafsirkan pula oleh Waki’.

Tafsiran di atas disebutkan pula dalam Fathul Bari 2: 366 dan Tuhfatul Ahwadzi, 3: 3. Tentu hubungan intim tersebut mengharuskan untuk mandi junub.

Namun kalau kita lihat tekstual hadits di atas, yang dimaksud hubungan intim adalah pada pagi hari pada hari Jum’at, bukan pada malam harinya. Sebagaimana hal ini dipahami oleh para ulama dan mereka tidak memahaminya pada malam Jum’at.

وقال السيوطي في تنوير الحوالك: ويؤيده حديث: أيعجز أحدكم أن يجامع أهله في كل يوم جمعة، فإن له أجرين اثنين: أجر غسله، وأجر غسل امرأته. أخرجه البيهقي في شعب الإيمان من حديث أبي هريرة.

As Suyuthi dalam Tanwirul Hawalik dan beliau menguatkan hadits tersebut berkata: Apakah kalian lemas menyetubuhi istri kalian pada setiap hari Jum’at (artinya bukan di malam hari, -pen)? Karena menyetubuhi saat itu mendapat dua pahala: (1) pahala mandi Jum’at, (2) pahala menyebabkan istri mandi (karena disetubuhi). Yaitu hadits yang dimaksud dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari hadits Abu Hurairah.

Dan sah-sah saja jika mandi Jum’at digabungkan dengan mandi junub. Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Jika seseorang meniatkan mandi junub dan mandi Jum’at sekaligus, maka maksud tersebut dibolehkan.” (Al Majmu’, 1: 326)

Intinya, sebenarnya pemahaman kurang tepat yang tersebar di masyarakat awam. Yang tepat, yang dianjurkan adalah hubungan intim pada pagi hari ketika mau berangkat Jumatan, bukan di malam hari. Tentang anjurannya pun masih diperselisihkan oleh para ulama karena tafsiran yang berbeda dari mereka mengenai hadits yang kami bawakan di awal.

Wallahu a'lam.

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.



@ Mabna 27, Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh, KSA, 4 Rabi’ul Awwal 1434 H

www.rumaysho.com