Sabtu, 10 Disember 2011

MENGENAL JENIS ZIKIR


Ada pelajaran yang amat menarik dari Ibnul Qayyim rahimahullah. Dalam kitab beliau Al Wabilush Shoyyib, juga kitab beliau lainnya yaitu Madarijus Salikin dan Jala-ul Afham dibahas mengenai berbagai jenis zikir. Dari situ kita dapat melihat bahwa zikir tidak terbatas pada bacaan zikir seperti tasbih (subhanallah), tahmid (alhamdulillah) dan takbir (Allahu akbar) saja. Ternyata zikir itu lebih luas dari itu. Mengingat-ingat nikmat Allah juga termasuk zikir. Begitu pula mengingat perintah Allah sehingga seseorang segera menjalankan perintah tersebut, itu juga termasuk zikir. Selengkapnya silakan simak ulasan berikut yang kami sarikan dari penjelasan beliau rahimahullah.

Zikir itu ada tiga jenis:

Jenis Pertama:

Zikir dengan mengingat nama dan sifat Allah serta memuji, mensucikan Allah dari sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.

Zikir jenis ini ada dua macam:

Macam pertama: Sekedar menyanjung Allah seperti mengucapkan “subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar”, “subhanallah wa bihamdih”, “laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir”.

Zikir dari macam pertama ini yang utama adalah apabila zikir tersebut lebih mencakup banyak sanjungan dan lebih umum seperti ucapan “subhanallah ‘adada kholqih” (Maha suci Allah sebanyak jumlah makhluk-Nya). Ucapan zikir ini lebih afdhal dari ucapan “subhanallah” saja.

Macam kedua: Menyebut konsekuensi dari nama dan sifat Allah atau sekedar menceritakan tentang Allah. Contohnya adalah seperti mengatakan, “Allah Maha Mendengar segala yang diucapkan hamba-Nya”, “Allah Maha Melihat segala gerakan hamba-Nya, “tidak mungkin perbuatan hamba yang samar dari  penglihatan Allah”, “Allah Maha menyayangi hamba-Nya”, “Allah kuasa atas segala sesuatu”, “Allah sangat bahagia dengan taubat hamba-Nya.”

Dan sebaik-baik zikir jenis ini adalah dengan memuji Allah sesuai dengan yang Allah puji pada diri-Nya dan memuji Allah sesuai dengan yang Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji-Nya, yang di mana ini dilakukan tanpa menyelewengkan, tanpa menolak makna, tanpa menyerupakan atau tanpa memisalkan-Nya dengan makhluk.

Jenis Kedua:

Zikir dengan mengingat perintah, larangan dan hukum Allah.

Zikir jenis ini ada dua macam:

Macam pertama: Mengingat perintah dan larangan Allah, apa yang Allah cintai dan apa yang Allah murkai.

Macam kedua: Mengingat perintah Allah lantas segera menjalankannya dan mengingat larangan-Nya lantas segera menjauh darinya.

Jika kedua macam zikir (pada jenis kedua ini) tergabung, maka itulah sebaik-baik dan semulia-mulianya zikir. Zikir seperti ini tentu lebih mendatangkan banyak faedah. Zikir macam kedua (pada jenis kedua ini), itulah yang disebut fiqih akbar. Sedangkan zikir macam pertama masih termasuk zikir yang utama jika benar niatnya.

Jenis ketiga:

Zikir dengan mengingat berbagai nikmat dan kebaikan yang Allah beri.

Zikir dengan Hati dan Lisan

Zikir bisa jadi dengan hati dan lisan. Zikir semacam inilah yang merupakan seutama-utamanya zikir.

Zikir kadang pula dengan hati saja. Ini termasuk tingkatan zikir yang kedua.

Zikir kadang pula dengan lisan saja. Ini termasuk tingkatan zikir yang ketiga.

Sebaik-baik zikir adalah dengan hati dan lisan. Jika zikir dengan hati saja, maka itu lebih baik dari zikir yang hanya sekedar di lisan. Kerana zikir hati membuahkan ma’rifah, mahabbah (cinta), menimbulkan rasa malu, takut, dan semakin mendekatkan diri pada Allah. Sedangkan zikir yang hanya sekedar di lisan tidak membuahkan hal-hal tadi.

Pelajaran

Jika kita perhatikan dengan seksama apa yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim di atas, dapat kita simpulkan bahwa duduk di majelis ilmu yang membahas bagaimana mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya, bagaimana mengetahui secara detail hukum-hukum Allah berupa perintah dan larangan-Nya, itu semua termasuk zikir. Bahkan jika sampai ilmu itu membuahkan seseorang bersegera taat pada Allah dan menjauhi larangan-Nya, itu bisa menjadi zikir yang utama sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim sebagai fiqih akbar.

Namun jika sekedar mengilmuinya saja, itu pun sudah termasuk zikir. Itu berarti bukan suatu hal yang sia-sia jika seseorang berlama-lama duduk di majelis ilmu untuk mendengarkan nasehat para ulama yang di mana di dalamnya dibahas hal yang lebih detail tentang Allah, dibahas pula berbagai perintah dan larangan-Nya. Ini sungguh merupakan zikir yang amat utama.

Semoga Allah menganugerahkan pada kita semangat dan keistiqamahan untuk terus belajar dan tidak lalai dari zikir pada-Nya.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

Tiada ulasan:

Catat Ulasan